Si Boo
Setelah baca postingan bebe yang salah satunya tentang kereta bayi, jadi kepingin juga cerita tentang Kinderwagen atau stroller atau kereta dorong merah kami, yang kita panggil si Boo. Kata yang tepat untuk menyimpulkan cerita kami dengan si Boo selama hampir 16 bulan ini adalah: PUAS!
Pada saat awal hamil, hal pertama yang kami pikirkan untuk dibeli adalah sang kereta bayi. Disini sarana dan prasarana penunjang untuk yang satu ini sudah cukup baik bagi pengguna transportasi publik, apalagi kami tidak punya kendaraan pribadi. Dengan kondisi cuaca yang bisa panas sekali atau dingin sekali ditambah tidak ada asisten yang membantu menggendong tentunya kami sangat membutuhkan tenaga stroller. Apalagi aku paling tidak betah jika harus diam di rumah terus menerus sehingga aku butuh bantuan kereta dorong yang bagus hihihi..
Syarat yang kami buat untuk memudahkan pemilihan dengan mempertimbangkan berbagai hal antara lain:
- Ringan
- Kuat
- Slim
- Rodanya bisa untuk segala kondisi
- Mudah dilipat
- Bagasinya luas
- Dipakai untuk jangka waktu lama
- Aman
- Dapat penilaian bagus dari pemakainya
- Kalau dijual masih laku
Setelah lihat review di internet, memperhatikan segala Kinderwagen di jalan, survei ke toko pilihan kami mengerucut ke Bugaboo, Brio, Stokke. Tuan Besar bahkan sampai tanya ke Betreuer Masterarbeit nya, yang kebetulan juga punya baby, mana yang oke dari ketiga opsi itu.
Mungkin memang jodohnya sama Bugaboo, kami ditawari Kiki-Adit Bugaboo Cameleon merah mereka. Bukan Cameleon seri 3 yang terbaru, masih seri ke-2, dengan kondisi yang masih sangat bagus, bersih, dan layak pakai. Rejeki anak bayi bisa naik “mobil” bagus dengan harga yang bersahabat untuk orang tuanya yang masih mahasiswa. Kebetulan pada saat kami mendapat tawaran itupun, kecenderungannya sudah ke Bugaboo. Kenapa? Kereta dorong yang entah-kenapa-selalu kami temui di dekat rumah, di bis, tram, berseliweran di kota adalah Bugaboo Cameleon. Selain itu yang bikin hati tambah sreg adalah ketika aku dan nyokap eurotrip ke arah timur, hampir mayoritas keluarga mendorong Cameleon. Bukan ikut-ikutan atau untuk bangga-banggan looh soalnya orang sini kalau beli sesuatu dengan berbagai pertimbangan. Jadi kalau sampai banyak yang pakai jadi barang ini hampir pasti dipastikan bagus.
Selama pemakaian ini kami belum ada keluhan sih.. Yang jelas dibandingkan dengan Kinderwagen lainnya yang udah pernah kudorong, Boo ringan. Bayangkan saja, apartemen kami di lantai 2 jika dulu Danesh masih bayi dan setelah pulang dari jalan-jalan anaknya tidur tentunya opsi terbaik adalah angkut bayi dan keranjangnya. Selain itu kadang karena lift antri panjang atau rusak, aku harus membawa Cameleon lewat eskalator (tidak boleh sih sebenernya tapi gimana dong?). Jika terpaksa pun aku harus angkut di tangga. Kami juga puas dengan kantong bagasi yang ada di bagian bawah yang cukup besar. Di dalam situ bisa masuk, botol air minum 1,5 L ditambah babycarrier Stokke, payung, rain cover, terpal anti panas, plus belanjaan hehehe.. Oh ya kalau kepepet kadang buat bawa barang belanjaan (jangan ditiru yaa :D). Danesh juga betah di dalamnya. Ketika masih bayi kecil dia bisa tidur berjam-jam, sekarang pun anaknya bisa tidur lama dan anteng duduk. Ukurannya yang kecil dan slim, memudakan kami di bis dan tram, apalagi kalau pas penuh.
Cameleon ini juga sudah terbukti di 4 musim.. Khususnya Winter lalu yang saljunya cukup tebal. Roda belakang yang besar bisa kuat menggilas salju. Hal positif lainnya adalah petunjuk pemakaiannya jelas termasuk apa-apa aja yang diperbolehkan. Misalnya kapan boleh upgrade dari posisi tidur ke duduk. Yang terakhir adalah cara melipat ketika mau dimasukkan bagasi cukup gampang.
Kekurangan yang kami rasakan dari seri 2 itu ganggang di depannya yang tidak bisa fleksibel berputar. Maksudnya, ketika si anak mau keluar, ganggangnya harus di copot dulu sehingga dari segi praktis ya kurang sih. Rusak sejauh ini baru 3 kali, roda macet, tali rem putus dan jepitan si ganggang lepas. Bukan kerusakan yang gimana-gimana kok, jadi masih oke.
Haa bukan postingan berbayar loh ini 🙂 hanya mau berbagi aja tentang si Boo. Apa saja pengalaman kalian dengan stroller?
-ameliasusilo-