Persiapan Menyambut Tahun Ajaran Baru di Masa Pandemi
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh…
Bismillahirrohmaanirrohiim…
Tulisan ini dibuat untuk memenuhi KLIP writing challenge bulan Juli 2020.
Siapa yang sedang menunggu pemberitahuan sistem sekolah di tahun ajaran baru? Maksudnya menunggu kepastian apakah sekolah sudah 100% datang ke sekolah atau masih ada kemungkinan sekolah di rumah.
Kalau ada yang menjawab iya, berarti teman-teman pembaca sama situasinya denganku. Perbedaan diantara kita barang kali ini adalah kali kedua teman-teman sedangkan aku adalah pengalaman pertama. Tahun lalu anakku masih di Kindergarten, tahun ini dia baru bersekolah di sekolah dasar (SD). Dalam bahasa Jerman SD disebut Grundschule.
Cerita tentang pemberitahuan wajib sekolah bisa dibaca di tulisan Surat Cinta Pemerintah.
Situasi Pandemi di Jerman Saat Ini
Saat ini situasi pandemi di seluruh wilayah negara Jerman sedang membaik. Jumlah kasus baru setiap harinya sangat sedikit. Protokol kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah pun sudah jauh lebih longgar dibandingkan protokol kesehatan di awal tahun 2021 lalu. Protokol tetap dijalankan meskipun suasana kehidupan bermasyarakat secara perlahan sudah mulai kembali pulih seperti sebelum gelombang peningkatan kasus baru yang ketiga pada bulan Maret lalu.
Suasana di kota, di lokasi perbelanjaan sudah mulai ramai. Tram dan bus yang merupakan alat transportasi dalam kota sudah mulai dipenuhi warga kota Hannover. Kereta yang merupakan alat transportasi antar kota juga mulai dipenuhi warga yang berlibur ke luar kota.
Walaupun keadaan sudah membaik, sampai saat ini masih belum ada ketentuan resmi yang diumumkan terkait sekolah di semester baru di tahun ajaran baru. Aku berasumsi karena tahun ajaran baru baru mulai di bulan September nanti, pemerintah baru akan mengeluarkan kebijakan resmi mendekati bulan September. Memberikan pengumuman dengan menyesuaikan kondisi situasi mendekati bulan September nanti.
Meskipun jumlah kasus baru di Jerman saat ini rendah, beberapa waktu lalu aku melihat berita sudah ada himbauan untuk tetap berhati-hati dan waspada terhadap peningkatan kasus baru dan juga virus varian baru. Virus varian Delta sudah masuk di Jerman. Peningkatan varian ini cukup cepat. Sudah ditemukan di atas 30% sampel yang positif pada pekan ke-26 di tahun 2021 ini. Mengingat saat ini, musim liburan, sebagian warga ada yang berlibur ke luar negeri. Masalahnya dari berita yang aku dengar menyebutkan bahwa varian baru ini sudah ada di negara-negara lainnya. Dengan kondisi seperti ini tidak ada yang bisa memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa bulan ke depan.
Lalu sebagai seorang ibu yang saat ini bekerja di ranah publik, bagaimana mempersiapkan diri dan juga mempersiapkan anak terhadap kemungkinan-kemungkinan yang terjadi nanti?
Cerita tentang pemeriksaan pra sekolah bisa dibaca di tulisan yang berjudul Schuleingangsuntersuchung.
Skenario A
Kita mulai dari yang positif dulu ya.. Jika anak sekolah wajib masuk sekolah.
Oh ya sekedar informasi tambahan.. Sejauh yang aku ketahui, homeschooling tidak bisa dijadikan sebagai alternatif pendidikan anak disini. Jadi jika kondisi normal dan pemerintah membuka sekolah, maka anak-anak yang berusia sekolah wajib pergi ke sekolah. Hadir ke sekolah, istilahnya disini adalah Präsenzunterricht.
Jika anakku masuk ke sekolah, maka aktivitas yang dijalani setiap hari olehku dan suami tidak akan jauh berbeda dengan sekarang. Kami berdua berbagi tugas dalam mengantar dan menjemput anak. Anakku bersekolah dari pukul 9-13. Setelah itu ia akan masuk kelas lanjutan, namun bukan untuk melanjutkan belajar. Kelas ini seperti tempat penitipan yang dikelola secara profesional oleh pihak yang berkerja sama dengan pihak sekolah. Yang mengasuh anak-anak memiliki sertifikasi dan pendidikan yang sesuai dan mumpuni. Di kelas ini anakku akan mengerjakan tugas bersama-sama dengan temannya yang lain, bermain dan mengerjakan proyek kecil.
Alhamdulillah disini ada kemudahan bagi ibu yang bekerja di ranah publik terkait jam kerja. Sehingga insyaAllah sangat memungkinkan bagiku untuk mengantar jemput anakku ke sekolah, sama seperti halnya saat di Kindergarten.
Skenario B
Apabila ternyata situasi kembali memburuk seperti halnya tahun lalu ketika memasuki musim gugur, kemungkinan besar sekolah akan ditutup. Persis seperti tahun lalu ketika sekolah ditutup di akhir tahun 2020 dan baru dibuka kembali di bulan April-Mei 20211.
Bila terjadi seperti ini, langkah pertama yang aku lakukan tentu saja lapor ke atasanku. Sejauh ini ketika aku melaporkan sesuatu atau minta ijin terkait anak dan keluarga diijinkan dan diberi kemudahan. Tidak hanya oleh atasan ya, institusi dimana aku mengabdi sekarang juga memiliki ketentuan-ketentuan yang ramah dan memudahkan bagi ibu-ibu yang memiliki anak dan berperan di ranah publik. Alhamdulillah.. alhamdulillah..
Kalau anakku harus full sekolah di rumah, kemungkinan besar aku akan home office. Tapi tidak work from home secara penuh. 1-2x mungkin aku akan meminta bergantian dengan suamiku.
Yang harus dipersiapkan dan diberikan pemahaman sepertinya adalah anakku. Karena ini merupakan pengalaman pertamanya sekolah. Tentu akan menjadi tantangan tersendiri bagiku. Sebelumnya ia juga sudah pernah di rumah saja. Namun karena masih Kindergarten kegiatannya tidak ada yang daring. Aku membuat sendiri kegiatan di rumah. Kindergarten nya hanya memberikan materi yang sifatnya sukarela untuk dikerjakan.
Tetapi ketika ia sekolah nanti pasti tidak bisa sama seperti saat ia di Kindergarten. Berdasarkan cerita teman-temanku disini yang anaknya sudah sekolah, setiap hari ada pelajaran yang diberikan melalui pertemuan daring. Anak-anak pun mendapatkan tugas-tugas di rumah.
Yang harus dipersiapkan adalah manajemen waktu. Baik manajemen waktuku, suami, anakku dan juga kami sebagai satu keluarga. Tantangan baru yang masih belum terbayang praktiknya. Kalau teori saja mungkin mudah ya. Tinggal bikin jam sekian begini, jam segitu melakukan itu, durasi segini segitu. Tapi nanti kenyataan dilapangan bisa saja berbeda dari teori maupun ketatapan yang sudah kita susun. Beradaptasi lagi dengan perubahan sekalian sambil meramu formula yang tepat untuk kami bertiga khususnya anakku.
Kesehatan Mental Ibu
Menurutku kesehatan mental ibu, dalam hal ini kesehatan mentalku, adalah faktor yang paling penting untuk diperhatikan. Bagaimanapun juga ibu adalah motor di dalam sebuah keluarga. Sudah sedemikannya aku membagi tugas berbagi peran rumah tangga bersama suamiku, tetap saja porsi tanggung jawab di rumah ada padaku. Tidak apa-apa sejauh ini aku menikmatinya kok, alhamdulillah…
Tapi kesehatan mental ini akan benar-benar ditantang jika terjadi skenario B. Semoga saja latihan, kuliah-kuliah maupun tausiyah yang kudapatkan selama ini sejak pandemi baik di pengajian maupun di komunitas Ibu Profesional bisa bermanfaat bagiku. Aku bisa mempraktekkan ilmu-ilmu yang telah kudapatkan dan tetap bahagia meskipun di rumah saja, menjalankan peran publik, mengerjakan peran domestik sekaligus menjadi pengganti guru beneran bagi anakku.
Beda pasti ya rasanya berperan menjadi pengganti guru dengan tugas-tugas yang sudah ditentukan dan berperan sebagai ibu madrasah anak yang kurikulumnya customized. Pasti akan ada kejutan-kejutan dan cerita-cerita bila terjadi skenario B.
Penutup
Apapun yang terjadi semuanya adalah kehendak Yang Maha Kuasa. Tinggal jalani saja dengan usaha yang terbaik. Ikhlaskan semuanya karena mendidik anak memang tugas sebagai orang tua. Jika kita ikhlas, maka akan menjalani dengan bahagia.
Jika ibu bahagia, maka anak dan suami juga jadi akan tertular memiliki kebahagiaan.
Yang paling penting lagi yang terakhir adalah jaga kesehatan supaya tetap fit dan sehat. Tetap waspada dengan menjalankan protokol kesehatan yang sudah ditentukan oleh pemerintah Jerman. InsyaAllah..
Bagaimana rencana ibu-ibu dalam menghadapi tahun ajaran baru? Boleh loh dibagi ceritanya di kolom komentar 🙂
Salam,
-ameliasusilo-
One Comment
Pingback: