Catatan

My Best Friends

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Bismillahirrohmaanirrohiim..

Tema ke-12 dari program Jurnal Ramadhan Kampung Komunitas Non Asia sepertinya akan membuatku “gembeng” ketika menuliskannya. Sebab temanya tentang sahabat.

Ingatanku berputar ke awal-awal ketika baru datang ke Jerman menyusul Tuan Besar. Terbiasa hidup merantau dan mandiri sebenarnya membantuku untuk mengeksplorasi kota ini sendirian. Saat itu aku tak bisa berharap banyak akan didampingi kesana kemari oleh suami karena dia harus kuliah setiap hari ke luar kota. Teman-teman di Hannover pun masih belum sebanyak seperti sekarang ini. Waktu itu sering kangen masa-masa bisa ngobrol hahahihi sama teman-teman di Indonesia.

Seiring waktu berjalan, teman-teman di Hannover pun mulai banyak. Mereka ini sahabat-sahabat baru disini. Kekeluargaan yang terjalin diantara kami cepat terbentuknya. Jika ada yang membutuhkan bantuan, mereka ini tidak segan membantu dengan segala kekuatan yang dimiliki. Awalnya kami sering bersama-sama melakukan kegiatan tetapi lambat laun masing-masing mulai sibuk dengan ragam kegiatan pribadi, kegiatan di rumah dan berbagai kegiatan anak-anak. Aku sendiri juga mulai tenggelam dengan kuliah. Meskipun begitu rasa kekeluargaan dan persahabatan yang terjalin tetap tidak terhapuskan oleh kesibukan masing-masing.

Aku dan suami diberikan rejeki anak di waktu yang tepat, alhamdulillah. Aku merasakan anak ini sering menemani bundanya kesana kemari. Karena masih kecil ya tentu saja tanpa protes ya hehehe.. Meskipun tidak bisa cerita macam-macam seperti halnya seorang sahabat dewasa (bagian ini adalah bagian Tuan Besar), tapi dia tahu kalau si bunda lagi sedih, marah dan happy. Anak ini juga sering aku ajak bicara. Sehingga 20.000 kata yang dikeluarkan perempuan setiap hari ini, dalam hal ini aku, meskipun tidak semuanya tapi tetap bisa tersalurkan hihihi.. Nah, anak ini juga merupakan sahabatku.

Saat pandemi ini jadi lebih terasa lagi kehadiran anakku, si sahabat baikku, membuat suasana di rumah menjadi lebih ramai. Di saat pak suami WFH, tidak bisa diganggu, ada anak kecil yang bisa diganggu dan sebaliknya juga mengganggu bundanya. Sama-sama iseng satu dengan yang lainnya hehehe.. Ada yang menemani bundanya, ada juga yang minta ditemani bundanya terus. Semoga kami bisa selalu menjadi bunda dan anak yang selalu bersahabat.

Suamiku adalah sahabat setia. Iya lah ya kalau tidak gimana dong? hihihi.. Agak berat sebetulnya ketika tidak bisa bercerita sesuatu kepadanya karena aku diamanahi untuk tidak bercerita. InsyaAllah kalau dibilang tidak boleh cerita, ya aku tidak cerita. Tidak kasih clue apapun juga. Semakin lama kami bersama, semakin sering mendengarkan kajian atau kuliah tentang pernikahan, maka semakin kami, terutama aku, dapat memperbaiki cara berkomunikasi kami.

Semakin tua ternyata cara bersahabat itu berubah ya. Ketika aku membandingkan bagaimana aku dengan sahabatku saat SMA lalu kuliah lalu saat kerja dan merantau, lalu saat merantau ke luar negeri, semuanya memiliki gaya yang berbeda. Yang patut disyukuri perubahan-perubahan ini membuatku menjadi belajar bersosialisasi.

Semoga cerita ini dapat membawa manfaat ya..

-ameliasusilo-

Sumber featured image: Background vector created by freepik – www.freepik.com

error: Content is protected !!