Merdeka Dalam Menyayangi Anak
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Disclaimer: tulisan ini dibuat untuk diikutsertakan di #klipwritingchallenge Agustus.
Ketika membaca judul tema challenge aku langsung berpikir sudah seberapa merdeka aku dalam menyayangi anakku?
Apakah merdeka berarti aku merasa bebas, tidak tertekan dalam menyayanginya?
Atau apakah aku menyayangi dengan cara yang merdeka?
Akupun teringat pada pembicaraan bersama teman-temanku di awal pekan ini. Ada yang bertanya bagaimana baiknya mendidik anak, bagaimana caranya berkomunikasi dengan anak disini, di Jerman. Temanku ini khawatir caranya mendidik anak-anak akan menyebabkan dia ditinggalkan anak-anaknya ketika mereka besar nanti (tentunya dengan kondisi yamg tidak baik ya..) seperti berita-berita yang ia baca di Jerman.
Kami semua adalah pendatang dan memiliki latar belakang kultur dan cerita kehidupan dari negara yang berbeda. Salah satu temanku yang sudah tinggal disini cukup lama menanggapi bahwa caranya mendidik adalah dengan membebaskan anaknya. Teman lainnya yang merupakan orang asli Jerman langsung menanggapi dan mengingatkan temanku ini bahwa boleh saja membebaskan anak tetapi tetap ada tembok-tembok pembatas dan rambu-rambu sehingga anak dapat mengetahui mana yang baik dan buruk.
Apakah hal yang dibicarakan teman-temanku termasuk dalam pengertian merdeka dalam menyayangi anak?
Aku bersyukur sekali dengan pengalaman-pengalaman yang aku alami selama hidup disini. Karena bertemu dengan berbagai manusia dengan latar belakang kultur yang berbeda, hidupku jauh lebih warna-warni dibandingkan saat aku masih tinggal di Indonesia dulu. Aku dapat melihat dan membandingkan pola pengasuhan serta cara mendidik anak yang beragam disini. Definisiku merdeka dalam menyayangi anak pun terbentuk dari sini.
Lantas apa merdeka dalam menyayangi anak menurutku?
Aku memilih pemahaman merdeka menyayangi anakku dengan caraku yang fokus hanya pada anakku sendiri. Maksudnya aku menjadikan anakku sebagai star of the family, bintang dalam keluarga kami. Dengan cara seperti ini aku merdeka dari tekanan persaingan kehebatan dan keunggulan anak yang biasa terjadi di luar sana. Aku tidak sibuk membandingkan dia dengan anak lain. Aku pun tidak pusing ketika anakku belum seunggul anak-anak lainnya.
Tentunya tidak lantas bersombong diri bahwa pendapatku selalu benar dan anakku selalu yang terbaik ya. Intinya adalah tidak membandingkan kecuali dengan kemajuan tumbuh kembangnya sendiri. Agar caraku membersamai dan mendidik anak selalu on track, maka aku pun rajin untuk mencari referensi-referensi parenting. Referensi ini tentunya disesuaikan dengan kondisi dan nilai-nilai keluarga. Selain itu juga disesuaikan dengan proses pendidikan di Jerman.
Dampak dari kemerdekaan ini adalah aku sebagai seorang ibu bisa meningkatkan kreatifitas. Aku dapat menentukan prioritas sesuai kebutuhan dan subyek yang disukai anakku. Yang paling penting aku merasa bahagia menyayangi anakku.
Cerita dan video kunjungan kami ke Stade dapat dibaca di tulisan yang berjudul: Day trip to Stade
Apakah dengan menjadikan anak sebagai star of the family berarti memanjakannya?
Pengertian bintang keluarga disini maksudnya adalah aku melihat hal-hal baru yang dilakukannya, kesukaan yang baru, tingkah lakunya yang baru, hasil karyanya, cerita-ceritanya sebagai sesuatu yang penting untuk didengarkan dan ditanggapi dengan serius dan antusias. Tumbuh kembangnya yang baru terlihat atau kusadari, baik itu yang sesuai dengan usianya maupun yang tidak maupun yang lebih dari usianya, sebagai sesuatu yang patut disyukuri. Tentunya bila sang bintang melakukan sesuatu yang tidak baik, aku ajak bicara, mengingatkan dan memberikan pemahaman.
Bila ditanya apakah aku memanjakan, menurutku tentu saja tidak. Anakku tidak selalu mendapatkan apa yang ia inginkan. Ia tidak selalu dilayani dan dibantu. Tidak jarang aku menegur bahkan memarahinya bila perlu (khususnya ketika emosi sang bunda mulai tidak stabil 🙈🙈). Dia tidak imun di dalam rumah sebab di luar sana tentu berbeda dengan di rumah.
Meskipun kadang ada saja yang berkomentar bahwa anakku anak yang manja.. Duuh.. Ya tidak apa, kalau ada yang berkomentar baik itu positif dan negatif kujadikan sebagai evaluasi apakah ada yang kurang tepat dalam proses mendidik dan membersamai anakku.
Sejauh ini aku merasa merdeka dalam menyayangi anakku.. Semoga teman-teman juga merasakan kemerdekaan dalam menyayangi anak teman-teman semua ya.
Salam,
-ameliasusilo-