Menulis Bahasa Indonesia
KLIP,  Menulis

Menulis Dalam Bahasa Indonesia

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh…

Bismillahirrohmaanirrohiim…

Cerita ini ditulis untuk diikutsertakan dalam tantangan menulis di bulan Oktober Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP).

Sumber gambar: Facebook Group Kelas Literasi Ibu Profesional.

Kisahku Menulis

Aku mulai menyukai menulis dan rutin menulis sejak pindah ke Jerman. Strong why minat menulisku ini adalah aku ingin menceritakan berbagai pengalaman baik yang dialami oleh diriku sendiri maupun keluargaku selama tinggal di perantauan. Karena niat utamaku dalam menulis adalah bercerita dan membagikannya kepada orang lain, maka aku memilih menulis di media blog. Jika ceritanya tidak layak untuk dipublikasikan, aku akan menulis di Word, Google Docs atau aplikasi Notes yang ada di telepon pintarku.

Semakin sering aku menulis, semakin aku menyadari bahwa aku menikmati proses produksi menulis. Maksudnya, aku menikmati dari awal proses menulis, yaitu saat menemukai ide bahwa apa yang kualami menarik untuk ditulis. Atau juga saat aku sedang tidak ada pengalaman tertentu tetapi aku mengamati keadaan di sekitarku di sini dan hal tersebut menantang untuk ditulis. Apalagi jika dalam proses menulis tersebut membutuhkan riset tambahan. Jadi selain menulis, aku juga perlu membaca referensi serta memahami isinya. Sehingga aku dapat mengutip dengan menggunakan kalimatku sendiri berdasarkan sumber dari referensi tersebut. Menurutku kegiatan-kegiatan pendamping saat menulis ini seru.

Saat menulis ternyata adalah waktuku untuk bersantai. Istilah kerennya sekarang, me time ku adalah saat menulis. Biasanya aku akan bilang ke suami dan anakku bahwa aku sedang ingin menulis dan tidak bisa diganggu. Saat menulis aku butuh dalam situasi sendirian. Tidak apa suami dan anakku berada di sekitarku asal mereka tidak memanggil atau mengajakku bicara. Karena sudah sering seperti ini, mereka sudah otomatis mengerti bahwa saat aku duduk di meja belajar, menulis, aku tidak bisa diganggu.

Aku bisa mengestimasi bahwa tulisanku di blog ini lebih dari 90% berbahasa Indonesia. Pertama karena aku orang Indonesia dan ingin menceritakan pengalamanku di perantauan kepada orang-orang Indonesia. Kedua karena aku merasa lebih mudah jika menulis dengan bahasa ini.

Selain bahasa Indonesia, aku juga pernah mencoba menulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman. Jika dibandingkan diantara ketiga bahasa ini, sepertinya semuanya banyak kekurangannya ya hehehe.. Tapiii tentu saja hasil karya dalam bahasa Indonesia jauh lebih baik dibandingkan hasil karya yang menggunakan bahasa asing.

Cerita lainnya di blog tentang menulis dapat dibaca di tulisan Strong Why Dalam Menulis.

Menulis Buku Antologi

Selain menulis di blog, sejak tahun 2019 lalu aku aktif ikut berbagai proyek buku antologi di komunitas menulis. Sama seperti yang sudah sebelumnya kuceritakan, strong why utama mengikuti proyek buku antologi ini adalah untuk berbagi, baik itu tentang pengalaman maupun ilmu pengetahuan. Selain itu, aku ingin menghasilkan sebuah karya yang bisa menjadi lahan amal jariyah melalui edukasi baik untuk anak maupun sesama perempuan.

Komunitas yang aku ikuti ini adalah komunitas menulis Indonesia. Oleh karena itu mau tidak mau setiap kali aku ikut sebuah proyek akan berhadapan dengan editor yang mengoreksi hasil tulisanku. Aku pun tertantang untuk menulis dengan kosakata bahasa Indonesia yang sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Aku juga lebih berhati-hati dalam menggunakan tata bahasa.

Rajin mengikuti berbagai proyek buku dengan tema yang bervariasi membuatku banyak membaca referensi. Dari membaca ini akhirnya kosakataku bertambah. Kadang kala secara otomatis aku tidak yakin dengan kata-kata yang kugunakan dalam sebuah kalimat kemudian aku langsung memeriksa di situs KBBI dan memperbaiki kata-kata yang tidak tepat.

Menulis Karya Ilmiah

Dengan peran yang kuambil di Ibu Profesional saat ini sebenarnya hampir setiap kali aku menulis. Namun materi yang kutulis tidak sama dengan apa yang kutulis dalam blog ataupun proyek buku antologi. Ini tantangannya lebih tinggi lagi karena kata-kata yang digunakan biasanya adalah kata-kata yang lebih tepat digunakan dalam bidang tertentu. Ini menurut opiniku ya…

Menulis dan Kemampuan Berbahasa Indonesia

Semakin sering menulis sebetulnya aku semakin merasa kemampuan berbahasa Indonesiaku tidak cukup mumpuni. Aku jadi sering termangu dan berpikir apa saja selama sekolah teori-teori yang sudah kupelajari. Ilmu-ilmu tersebut sepertinya menguap begitu saja. Tidak semuanya sih.. Tapi aku yakin hampir 75% ilmu mata pelajaran Bahasa Indonesia saat sekolah dulu sudah lupa.

Pernah aku merasa malu terhadap diriku sendiri pada saat aku belajar bahasa Jerman. Aku belajar bahasa Jerman dengan serius dan bisa dibilang cukup ngotot karena aku harus lulus ujian kemampuan bahasa. Aku merasa harus bisa berbahasa Jerman dengan baik dan benar, tidak hanya dalam berbicara tetapi juga dalam menulis. Bahkan aku rajin mencari kursus-kursus dan niat belajar agar kemampuanku meningkat dan terjaga dengan baik. Di saat yang bersamaan aku tidak memiliki perasaan yang sama dengan bahasa ibuku, bahasa Indonesia.

Di titik malu itu, akhirnya aku sadar bahwa belajar bahasa Indonesia itu tidak sesulit saat aku belajar bahasa Inggris apalagi bahasa Jerman. Sadar dan belajar tidak pernah terlambat. Justru saat sadar dan mau untuk belajar memperbaiki diri adalah titik awal yang baik. Menulis dalam bahasa Indonesia membantuku memperbaiki kemampuan berbahasa Indonesiaku.

Tantangan ke Depan Berbahasa Indonesia

Sayangnya, bahasa Indonesia sekarang ini mulai digeser oleh penggunaan bahasa asing. Banyak anak yang dari kecil dididik di rumah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa sehari-hari. Atau penggunaan bahasa ‘alay’ yang membuat kening berkerut karena sulit untuk dimengerti.

KLIP-Oktober

Aku termasuk orang tua yang mendidik anakku berbahasa asing. Hal ini disebabkan karena kami saat ini berdomisili di Jerman sehingga mau tidak mau anakku sejak bayi sudah terpapar dengan bahasa Jerman. Berkomunikasi dengan dua bahasa di rumah juga merupakan upayaku dan suami untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anakku yang masih kecil. Tujuannya agar saat anakku masuk Kindergarten dan bersekolah di sini, ia tidak memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan memahami pelajaran di sekolah.

Berhubung saat ini anakku sudah sekolah, sudah memiliki kemampuan berbahasa Jerman yang cukup untuk mengikuti pelajaran di sekolahnya, aku dan suamiku pun tidak khawatir lagi. Saat ini kekhawatiran kami ada pada kemampuan berbahasa Indonesia anakku. Kami pun sepakat untuk menggunakan bahasa Indonesia untuk berbicara dengan anak kami sejak ia masuk sekolah.

Perubahan ini tentu saja merupakan tantangan bagi kami bertiga. Kami sebagai orang tua harus menjaga konsistensi untuk selalu berbahasa Indonesia dengan anak kami. Kami juga harus bersabar untuk selalu mengingatkan anak untuk berbahasa Indonesia dengan kami. Bukan hanya itu kami pun perlu menjaga emosi saat mendengarkan anak berbahasa Indonesia dengan unik. Maksudnya supaya tidak menertawakan kesalahan anak kami. Selain itu kami juga harus ikhlas untuk memperbaiki bahasa yang tidak tepat.

Tentu saja bahasa Indonesia yang kami contohkan kepada anak kami masih bercampur antara bahasa baku dan bahasa alay seperti yang disebutkan pada pernyataan KLIP diatas. Namun kami berusaha setiap kami menerjemahkan sebuah kata maupun memperbaiki ucapan kalimat anak kami untuk senantiasa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Saat ini kami masih fokus untuk mendengar dan berbicara dalam bahasa Indonesia. Kami bermaksud anak dapat memahami bahasa Indonesia secara lisan. Berikutnya kami pelan-pelan akan masuk ke dalam kemampuan membaca dan memahami isi bacaan. Dan pada akhirnya kami berharap anak kami juga dapat menulis dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Penutup

Setelah rutin menulis dalam bahasa Indonesia aku menyadari bahwa ternyata kemampuanku berbahasa Indonesia tidak terlalu baik. Menyadari hal ini, aku tidak lantas berputus asa berhenti untuk menulis. Justru kekurangan yang kusadari ini adalah tantangan baru, sebuah tantangan untuk mengulangi kembali belajar tata bahasa dan mengetahui kosakata-kosakata dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Sehingga pada akhirnya aku dapat menghasilkan sebuah karya tulis berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

Ketika kemampuanku berbahasaku membaik maka aku dapat menjadikannya sebagai modalku untuk menularkannya kepada suamiku. Kemudian kami berdua bersama-sama mengajarkan anakku yang multilingual dan tinggal di luar negeri ini bahasa ibunya dengan baik dan benar. Orang Indonesia mampu berbicara bahasa Indonesia dengan baik dan benar.

Salam,

-ameliasusilo-

2 Comments

  • Footnote Maker

    Aahhh… mbak Amelia, kalimatku dijadikan quote, hihihi aku terharu. Iya aku juga menemui masalah yang sama di dalam mengajar bahasa Indonesia kepada anak-anak karena mereka lahir dan bersekolah di sini. Semoga dengan ibu mereka terus giat memakai bahasa Indonesia di rumah dan di tulisan, anak-anak juga lama-lama bisa lancar berbahasa Indonesia ya mbak.

Silakan tinggalkan komentar anda disini..

error: Content is protected !!