Mengenal Cinta…
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Cerita ini ditulis untuk mengikuti writing challenge yang diadakan oleh Kelas Literasi Ibu Profesional.
Apakah teman-teman masih ingat kejadian-kejadian saat melahirkan?
Apakah teman-teman masih ingat nikmatnya gelombang cinta yang hadir sebagai bagian dari proses melahirkan itu sendiri?
Apakah teman-teman masih ingat rasa ketika jarum suntik yang berisi obat anastesi regional menembus kulit punggung?
Apakah teman-teman masih ingat perasaan yang muncul saat mendengar tangisan anak saat dilahirkan?
Apakah teman-teman masih ingat reaksi teman-teman saat bayi diletakkan di atas dada anda?
Meskipun peristiwa melahirkan ini terjadi beberapa tahun yang lalu, sampai sekarang aku masih inget beberapa momen-momen tertentu dalam proses melahirkan. Momen yang sangat berkesan. Rangkaian kejadian yang mengantarku untuk mengenal cinta kepada seorang anak.
Kilas Balik
Sebelum memiliki anak aku termasuk orang yang kaku dengan anak kecil. Ketika ada anak kecil yang mendekat dan mengajak bermain, aku bingung. Aku juga tidak memahami serba serbi dan seluk beluk pengasuhan anak. Menggendong bayi? Ahh lupakan..
Sampai akhirnya aku menikah dan ingin memiliki anak. Oh iya aku tidak langsung hamil setelah menikah. Ada waktu tunggu sekitar dua tahun. Kalau dipikir sekarang mungkin Allah menyiapkanku terlebih dahulu untuk memiliki bibit-bibit cinta.
Bibit-bibit cinta itu tersebar dan tertanam saat aku mulai sering berkumpul dan bercengkrama dengan teman-teman disini. Para tetangga orang Indonesia kebetulan tinggal di sekitar apartemen kami. Mereka berusia sepantaran denganku. Sebagian besar sudah memiliki anak-anak yang saat itu rentang usianya bayi sampai TK.
Karena sering berkumpul bersama mereka aku pun jadi sering bermain dengan anak-anak. Belajar untuk menggendong dan bermain bersama mereka. Aku juga jadi memperhatikan bagaimana interaksi antara ibu dan anak kecil.
Menjadi Ibu
Ketika tanda-tanda melahirkan muncul aku tidak merasa takut. Aku penasaran seperti apa anakku nanti.
Pantas jika mulas yang dirasakan saat akan melahirkan disebut gelombang cinta. Setiap rasa mulas datang aku merasa waktuku berjumpa dengan anakku semakin dekat. Seperti halnya benda yang terombang-ambing di laut dan didorong oleh gelombang ombak sampai ke bibir pantai.
Rasa yang tidak bisa dijelaskan muncul pada saat kepala anak lahir. Sepertinya perjuangan selama hampir satu jam waktu itu terbayarkan. Energi yang rasanya sudah tinggal sedikit lagi seperti otomatis terisi kembali.
Kemudian aku bisa merasakan badan dan kakinya lahir. Lalu rasanya plong. Kemudian terdengar suara tangis dan saat itu juga ia ditaruh di dadaku. Tiba-tiba muncul rasa itu. Rasa yang hangat yang membuatku menangis bahagia.
“Assalamualaikum.. Hallo, ini Bunda!“, hanya kalimat itu yang bisa aku ucapkan kepada makhluk kecil yang asik menghisap jempolnya sambil memejamkan matanya waktu itu.
Mulai saat itu aku memiliki cinta ibu kepada anaknya. Bibit-bibit cinta yang sudah tertanam sekitar dua tahun mulai tumbuh. Aku juga menebar bibit cinta kepada makhluk kecil ini. Sama-sama merawat cinta kami supaya tumbuh dan terjaga dengan baik.
Ich habe dich ganz Lieb!
Bunda untuk D
Salam,
-ameliasusilo-