Mencari Kursus Renang di Hannover
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. Bismillahirrohmaanirrohiim.. Mencari kursus renang untuk anak di Jerman, khususnya di kota-kota besar menurut pengamatanku tidak sulit. Sama saja seperti di kota besar di Indonesia. Masalahnya adalah bagaimana mencari tempat kursus yang sesuai dengan anak ataupun orang tuanya. Ada banyak aspek yang dipertimbangkan. Pengalaman anakku belajar berenang di dua tempat kursus yang berbeda menjadi pembelajaran sendiri bagiku.
Kenapa Belajar Renang?
Indahnya Islam adalah semua hal dalam kehidupan ini ternyata ada aturan maupun anjurannya. Salah satu aspek yang ada anjurannya adalah olahraga. Rasulullah SAW menganjurkan beberapa jenis cabang olahraga bagi umat muslim, yaitu berkuda, memanah dan berenang. Ada sunahnya yang diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah RA (HR. An-Nasai, dinilai shahi oleh Al-Albani). Karena ada dasarnya seperti ini aku jadi bersemangat untuk memasukkan anakku ke kursus berenang.
Alasan lainnya adalah supaya saat kami pergi berlibur, baik itu ke pantai maupun ke resor yang ada kolam renangnya, anakku bisa berenang. Selain itu tidak jarang aku dan tetangga Indonesia disini janjian renang. Jika anakku sudah bisa, maka aku dapat mengajaknya ikut serta berenang bersama anak-anak tetanggaku lainnya.
Lagipula ada masanya nanti di sekolah, anakku akan mendapat pelajaran wajib renang. Jika ia belum bisa berenang, aku khawatir akan menjadi tantangan tersendiri untuknya. Biasanya anak-anak Jerman ini sudah bisa renang dari sejak usia kecil. Jadi, aku pikir aku ingin mempersiapkan anak ini sama seperti anak-anak lainnya.
Cerita tentang kegiatan perkenalan air dan main air pada bayi dapat dibaca dipengalamanku mengambil kelas Wassergewöhnung.
Tempat Kursus Renang Pertama
Berbekal keyakinan bahwa usia anakku ini merupakan usia tepat untuk serius belajar renang, aku pun mulai bergerilya mencari tempat kursus. Di Hannover ini alhamdulillah ada berbagai tempat kursus renang. Orang tua tinggal pilih yang sesuai dengan kebutuhan. Waktu itu faktor yang kupertimbangkan adalah lokasi dan waktu.
Tantangan
Sebagai seorang ibu diaspora yang saat ini memilih untuk mengalokasikan sebagian waktunya bekerja di ranah publik, saat itu pemilihan lokasi dan waktu kursus menjadi prioritas pertama. Aku hanya memiliki porsi waktu yang terbatas. Suamiku tidak bisa kuandalkan seperti saat Wassergewöhnung dulu karena jam kursus, mayoritas, tidak sesuai dengan jam kerja beliau. Anakku pun sudah memiliki dua kegiatan setelah sekolah.
Weekend saat itu bukan alternatif bagi kami. Pertimbangannya di hari-hari weekend biasanya aku dan suami memiliki agenda lainnya. Selain itu karena bekerja sebetulnya kami ingin dua hari bisa istirahat dan santai di rumah tanpa perlu dibebani kewajiban keluar rumah.
Tantangan waktu itu mencari tempat kursus adalah sebagian besar tempat kursus sudah full booked sebagai dampak pandemi. Dari sekian alternatif tempat kursus, akhirnya pilihan jatuh pada tempat kursus pertama, sebut saja X. Setelah mantap menentukan pilihan, muncul tantangan berikutnya. Pendaftarannya hanya dibuka di tanggal dan jam tertentu saja. Selain itu jumlah peserta dibatasi maksimal 7 anak. Siapa yang cepat dan gesit, dia yang dapat.
Aku baru berhasil mendapatkan kursus untuk anakku pada percobaan ketiga. Tentu saja karena ini usaha ketiga aku tidak mendapatkan jadwal seperti yang kuinginkan pada percobaan pertama. Tapi setelah kupikir-pikir, jadwal kursus yang kudapatkan ini alhamdulillah paling bersahabat dengan jadwalku dan anakku saat itu.
Pengalaman perdana anakku
Sebetulnya anakku tidak terlalu tertarik untuk belajar renang. Ia senang jika diajak ke kolam renang tapi hanya untuk bermain. Meskipun aku sudah sounding tentang asyiknya bisa renang, ia masih tidak menunjukkan ketertarikan. Mendekati hari pertama renang, aku sering memberikan briefing tentang kursus renang. Aku juga menceritakan pengalamanku dulu saat belajar. Suamiku pun ikut menceritakan pengalamannya kepada anakku.
Pengalaman perdana anakku berjalan dengan baik. Guru renang menghampiri kami di tempat tunggu. Bapak guru ini menurutku sikapnya baik. Beliau tampak bersahabat ke anak-anak sehingga anak-anak langsung ikut bersamanya saat beliau mengajak ke kolam renang. Orang tua tidak bisa ikut ke kolam renang atau menunggu di pinggiran kolam renang. Memang disini ada peraturan bahwa yang boleh masuk ke area kolam renang adalah yang memakai pakaian renang. Bagi orang tua yang ingin menunggu di arena renang ini terdapat area tribun yang terletak di lantai atas.
Belajar renang tapi stres itu tidak menyenangkan
Saat inilah muncul tantangan pertama sebab anakku mulai tampak ragu mengikuti rombongan kursusnya. Aku meyakinkan dia bahwa aku tidak akan meninggalkan dia dan akan melihat ia dari tribun di atas. Ia juga bisa melihatku duduk disana. Saat itu aku tahu jika gurunya tidak bisa meyakinkan dia untuk baik-baik saja, maka perjalanan kursus ini ke depannya akan penuh tantangan.
Kursus pertama dan kedua berjalan cukup baik. Mereka masih belajar di kolam yang dangkal. Anakku tampak nyaman saat kursus dan aku tidak menemui kendala saat berangkat ke tempat kursus. Tantangan berikutnya muncul saat dipertemuan ketiga anak-anak belajar di kolam dalam. Anak-anak sudah tidak pakai Schwimmflügel lagi. Alat bantu belajar di kolam tersebut adalah Nudel. Sebagian besar teman kursus anakku sudah bisa berenang, bahkan tidak menggunakan alat bantu sama sekali sehingga terlihat sekali anakku tertinggal dari anak lainnya.
Dari tribun aku bisa melihat anakku tegang dan khawatir. Ia selalu memilih untuk baris paling belakang. Ketika turun ke kolam, ia terlihat ragu-ragu. Situasi tidak dapat membaik bagi anakku karena guru renang tidak ikut turun ke kolam. Ia bersiap dengan alat bantu di pinggir kolam jika anak-anak membutuhkan bantuan. Sejak saat itu, setiap kali mengajaknya pergi kursus berenang wajah anakku terlihat stres. Alhamdulillah waktu itu aku dapat berpikir logis sehingga saat mau berangkat renang tidak terjadi drama.
Tempat Kursus Renang Kedua
Kursus di tempat pertama tidak sampai selesai. Kebetulan waktu itu guru kursus sakit. Kami hanya diberi tahu bahwa kursus untuk sementara waktu dihentikan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Setelah lewat satu-dua bulan tidak ada kabar, aku pun lupa. Suamiku yang akhirnya teringat dan menanyakan tentang kelanjutan kursus renang. Namun, aku sudah tidak ingin lagi meneruskan kursus tersebut. Tidak tega rasanya memaksa anakku setiap pekan untuk belajar sesuatu dibawah tekanan. Selama kursus berlangsung aku sudah berusaha untuk briefing berulang dan mengajak dia ke kolam renang untuk berlatih. Tapi anaknya tetap tertekan setiap kali kursus berenang.
Wassermeloni
Aku masih menyimpan harapan anakku bisa berenang. Oleh karena itu mendekati tahun ajaran baru, aku mulai mencari jadwal kursus yang baru. Kali ini aku tidak mau mengambil resiko lagi. Aku langsung fokus mencari jadwal di tempat kursus yang sangat direkomendasikan oleh teman-teman di Hannover. Beberapa ibu-ibu Indonesia yang anaknya memiliki tantangan yang mirip dengan anakku mendaftarkan anak-anaknya ke tempat kursus renang, Wassermeloni. Metode pengajaran renang disini membuat anak-anak teman-teman baikku itu mampu berenang dengan baik dan yang utamanya belajar renang dengan gembira.
Aku langsung gerak cepat menyatakan ketertarikan di salah satu jadwal kursus. Dengan cara ini aku akan mendapatkan pemberitahuan melalui surel pada saat pendaftaran semester berikutnya dibuka. Benar saja, hari pertama pendaftaran dibuka aku langsung menerima surel lengkap dengan tautan untuk daftar jadwal kursus yang baru. Aku segera mendaftar sebelum slot di jadwal yang cocok habis.
Ada rupa tentu ada harga ya. Salah satu keuntungan disini adalah jika berhalangan di hari kursus bisa diganti ke hari lain selama pemberitahuan dan penggeseran jadwalnya tepat waktu. Tetapi harga yang dibayar tentu saja jauh berbeda dari kursus di tempat pertama. Tapi untukku, selama aku dan suami masih ada budget yang bisa kami atur untuk memfasilitasi anak ya tidak apa-apa. Yang penting anakku bisa belajar dengan bahagia.
Anakku belajar renang dengan bahagia
Hari pertama pergi renang masih tampak di wajah anakku ketegangan yang sama saat aku mengantarkannya ke tempat kursus yang lama. Untungnya sebelum jam belajar anakku dimulai kami sudah siap di pinggir kolam sehingga ia bisa menyaksikan anak-anak yang berenang sebelumnya. Kemudian ia juga ada waktu untuk mengobservasi kolam renang terlebih dahulu.
Alhamdulillah ruangan kolam renang indoor ini jauh lebih kecil. Kolam renangnya pun tampak tidak terlalu dalam dan ukurannya lebih kecil dibandingkan di tempat sebelumnya. Disana yang berenang hanya anak-anak yang ikut kursus. Ruangannya pun hangat, malah menurutku cenderung panas dan airnya juga hangat. Yang paling penting bagi anakku adalah aku boleh duduk menemaninya di ruangan dihari pertama tersebut dan guru renangnya ikut nyamplung ke dalam kolam.
Di hari pertama itu hanya ada dua orang anak lainnya selain anakku. Mereka bertiga semuanya belum ada yang bisa renang. Berbeda dengan metode belajar di tempat kursus pertama, disini anak-anak dikenalkan terlebih dahulu dengan air. Pelan-pelan mencelupkan badan, mulut lalu hidung dan terakhir kepala. Jika anak tidak mau ya tidak dipaksa. Semuanya pelan-pelan. Setelah itu anak-anak keluar dari kolam dan dipasangi Schwimmflügel. Gurunya kemudian secara bergantian memegangi badan anak-anak renang dari satu ujung ke ujung lainnya. Kepala anak masih muncul di permukaan air. Hanya kakinya saja yang bergerak-gerak di dalam air. Setelah itu anak-anak mulai diminta untuk renang sendiri di dekat tembok kolam.
Gerne wieder!
Sebagai ibu yang melihat langsung bagaimana anaknya stres belajar dan kemudian di tempat yang baru ternyata anaknya bisa menikmati, tentu saja gembira. Saat kursus di hari pertama itu usai dan aku melihat wajah anakku yang sumringah saat naik dari kolam, ahhh.. lega rasanya. Apalagi ketika anakku dengan mata berbinar dan senyum bahagia berkata, “Gerne wieder, Bunda!”
“Aku mau lagi, Bunda!”, adalah arti kalimat berbahasa Jerman tersebut. Saat aku tanyakan berapa nilai pengalaman belajar renang hari itu, ia menjawab 10/10. Jawaban yang sama terus menerus ia berikan setiap kali aku menanyakan hal tersebut seusai belajar renang. Saat ini anakku sudah tiga bulan belajar renang disana. Ia yang tadinya ketakutan untuk loncat nyebur ke kolam renang, saat ini sudah bolak balik nyebur bahkan menyelam. Anakku yang selalu berenang merapat ke tembok di tempat sebelumnya, sekarang berani berenang di tengah bahkan ia berani berenang dengan gaya punggung. Sebuah pencapaian belajar yang keren untuknya.
Ibu mana yang tidak bahagia melihat anaknya belajar dengan gembira dan bisa terlihat kemajuannya?
Wallahu a‘lam bis showaab..
Salam,
-ameliasusilo-
Referensi:
Raehanul Bahraen (2022). Renang Olahraga Sunnah dan Paling Aman Secara Medis. Muslimafiyah.com
2 Comments
Pingback:
Pingback: