Memilih RS Bersalin di Hannover
Assalamualaikum..
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Sebelum ada yang tanya, aku lagi tidak hamil looh.. Hanya ingin sekedar berbagi pengalaman 4 tahun yang lalu ketika cari-cari Rumah Sakit buat lahiran. Ehh tapi kalau ada yang mendoakan hamil adiknya D, gapapa juga terima kasih aamiinnn.. hehehehe…
Seperti yang mungkin sudah pernah kuceritakan, disini sistem negaranya mewajibkan kami untuk memiliki asuransi kesehatan. Sejak awal, asuransi kami adalah statutory insurance tepatnya apa ya kalau di bahasa Indonesiakan.. mungkin asuransi pemerintah ya? <kalau ada yang bisa kasih input terjemahan tepatnya, terima kasih ya :)> Intinya, dengan asuransi yang kami miliki, kami tidak perlu mengkhawatirkan biaya persalinan nantinya. Sehingga, ketika kami hospital tour yang menjadi pertimbangan utama kami bukan biayanya.
Apa sih yang menjadi pertimbangan waktu itu? Diantaranya jarak dari Wohnung ke RS, lalu berapa bed dalam satu kamar, kamar inap, keadaan ruang bersalin, ruang operasi, bagaimana kemudahan ke bagian anak kalau ada apa-apa sama bayi, dan rooming-in atau tidak. Yang detil begini #tunjukdirisendiri sebenernya hehehe.. Tuan Besar santai saja dia dan sudah pilih RS dimana ibu-ibu Indonesia disini biasa melahirkan. Menurut dia, sudah memenuhi persyaratan (padahal baru lihat kamar inapnya saja hihihi). Tapiii kupenasaran dan ingin membandingkan dengan beberapa RS bisa untuk bersalin lainnya. Jadilah kami berdua mendatangi pertemuan yang diadakan oleh Rumah Sakit untuk hospital tour ini.
Kalau tidak salah ingat ada 2 atau 3 RS yang kami kunjungi. RS beberapa halte dari Wohnung, RS langganan ibu-ibu Indonesia, dan satu lagi lupa. Oh iya, hampir setiap RS di Hannover yang menerima kasus persalinan biasanya tiap bulan memiliki jadwal khusus untuk kunjungan. Ada pula RS yang mau menerima kunjungan selain di hari tersebut dengan perjanjian sebelumnya. Kalau aku lebih suka pergi di hari yang ditentukan supaya aku bisa melihat tim dokter, bidan, dan perawatnya. Awal pertemuan diawali dengan presentasi oleh masing-masing perwakilan dokter, bidan, dan perawat. Setelah itu bisa melihat kamar inap, ruang bersalin, dan fasilitas-fasilitas lainnya.
Singkat cerita dari beberapa kunjungan itu aku sepakat sih sama Tuan Besar. RS langganan orang Indonesia oke. Kalau aku jatuh hati pertama kali karena Chefarzt nya bilang (tahun itu) mereka punya angka kelahiran melalui operasi caesar terendah di Hannover dan mereka rooming-in beneran dimana bayi tidak akan dipisah dari ibunya sejak lahir (kecuali saat harus dibersihkan dan ditimbang ya). Selain itu, ruang operasi berada satu bagian dengan Kreissaal (ruang VK atau bagian bersalin). Jadi klo ternyata terpaksa ada tindakan atau apa tidak jauh. Lalu, aku senang sama ruang bersalin yang privat dan luas, warna temboknya gak bikin depresi (penting soalnya lahiran di bulan Desember). Selama proses melahirkan dibolehkan dua orang yang menemani di dalam ruangan. Namun, adakah yang mengganjal? Ada.. RS ini tidak memiliki departemen Anak. Jadi apabila terjadi sesuatu, maka bayi akan dibawa ke RS khusus anak. Di Hannover ada RS khusus anak yang besar dan lengkap. Sehingga ibu dan bayi akan berpisah jauh. Meskipun begitu ada dokter anak yang rutin datang memeriksa bayi dan siap dipanggil darurat.
RS lainnya tidak kupilih diantaranya karena jaraknya yang jauh, ada yang menyediakan kamar inap dengan kamar mandi di luar, jarak antara ruang bersalin dan ruang rawat agak jauh, tidak ada lisensi rumah sakit yang mendukung ASI.
Kami tidak minta kamar privat atau kamar keluarga karena.. musti bayar ekstra lebih dari 50 euro hehehe.. Untuk kamar yang biasa suami maupun keluarga tidak bisa menginap karena jam berkunjungnya berakhir pukul 18.00 (20.00 untuk suami). Lalu, kami tidak minta diperiksa oleh Chefarzt (tentunya karena bayar ekstra lagi #irit). Makanan bisa pesan menu vegetarian.
Alhamdulillah pada saat melahirkan diberikan kemudahan. Bidan yang membantu proses persalinan adalah bidan yang menjadi guru di kelas persiapan melahirkan. MasyaAllah sabarnya luar biasa. Semua bidan dan dokternya sigap. Oh iya dokter baru datang saat pembukaanku tidak maju dan mereka memutuskan untuk induksi, serta saat jahit luka sobek. Selebihnya proses persalinan dipimpin oleh bidan. Sebenarnya aku menempati kamar yang bisa ditempati oleh dua pasien tapiii rejeki banget.. selama disana aku sendirian. Perawatnya baik, dibel jam berapa saja datang dengan menunjukkan wajah bersahabat. Akupun diajari mengganti popok dan memakaikan baju. Lalu, ada konselor ASI yang datang ketika aku kesulitan. Kurangnya hanya satu: makanannya tidak selezat dan menarik RS di Indonesia hehehehe..
Semoga bermanfaat ya..
-ameliasusilo-
6 Comments
anis ketels
Ternyata sistem di Jerman sama di Belanda walo deketan ga sama ya mba. Di sini kalo ngga ada kejadian luar biasa (atau kondisi khusus selama kehamilan) para bumil yang akan melahirkan biasanya ga akan dirujuk ke RS tapi cukup di klinik kebidanan tempat dia kontrol atau di rumah (paling disarankan). Opsi untuk bersalin di RS selalu ada, cuma kalo pas hamil ga ada masalah untuk biayanya setau aku ga dicover asuransi.
Nah untuk kamar bersalinnya sepanjang yang aku tau dibikin private alias satu pasien satu kamar. Proses lahirannya kalo non-operasi ya di kamar itu juga. Cuma sedihnya, kalo lahirannya normal (tanpa operasi) dan kondisi sesudahnya dianggap aman kitanya udah kaya orang diusir karna langsung disuruh pulang hari itu juga wkwkwk.
ameliasusilo
Waaa melahirkan di rumah seru juga ya mba. Lebih privasi ya sebenernya terus rumah sendiri kayaknya lebih cozy. Tapi klo model apartemen kaya ditempatku khawatir kedengeran tetangga kanan kiri. Suara mesin cuci tetangga kedengeran soalnya hihihi.. Disinipun cuma dikasih waktu dua hari di RS buat normal mbaa.. sedih ga sih klo disini habis melahirkan ga bisa manja2 bak tuan putri hihihhii
nyonyasepatu
SEru juga ya makanannya bisa req vegetarian
ameliasusilo
Iya mba 🙂
Pingback:
Pingback: