
Kisah Tentang Chips
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh…
Bismillahirrohmaanirrohiim…
Kraus.. kraus.. kriuuk.. kriukk.. Itulah bunyi chips saat masuk ke dalam mulut.
Sebagai orang Indonesia yang akrab dengan kerupuk dan keripik sejak kecil aku sering merasa ada sesuatu yang hilang jika dalam waktu lama tidak ada sesuatu yang krispi masuk ke dalam mulutku. Pada saat baru datang di Jerman baru terasa nikmatnya kehadiran pedagang kerupuk keliling. Atau juga hadirnya mbak asisten rumah tangga yang sudah menggorengkan untuk santapan keluarga di rumah. Disini tentu saja tidak bisa seperti itu. Kalau mau makan kerupuk khas Indonesia atau keripik apapun harus beli dulu atau bikin sendiri kemudian goreng.
Semakin lama tinggal disini, semakin aku bisa beradaptasi dengan tidak mengkonsumsi kerupuk maupun keripik setiap hari. Intinya kalau ada niat dan semangat menggoreng, kerupuk tersedia di rumah, lalu dimakan cepat habis karena rebutan semua ingin makan kerupuk. Atau kalau lagi mau jajan ya tinggal beli pas belanja mingguan. Yang paling sulit dihindari adalah saat belanja mingguan ini. Chips dan teman-temannya seperti memanggilku untuk mengambilnya dari rak dan membelinya hihihihi.. Jika beruntung kadang ada supermarket yang menjual kerupuk udang.
Lalu apakah kisah yang spesial tentang chips?
Kisahnya terjadi beberapa hari yang lalu. Saat itu aku sedang konsentrasi mengerjakan sesuatu. Tiba-tiba muncul temanku yang menawarkan bantuan jika ingin membeli sesuatu di supermarket. Kebetulan dia akan pergi ke supermarket membeli makanan. Aku sebetulnya sudah membawa bekal roti-rotian yang rasanya manis. Tetapi tiba-tiba aku ingin makan sesuatu yang asin dan keriuk. Berhubung ada yang menawarkan aku pun langsung minta tolong titip beli chips.
Temanku merespon dengan menanyakan jenis chips apa yang kuinginkan. Aku pun mendeskripsikan chips kesukaanku. Namun karena bahasa Jermanku yang mungkin berantakan, temanku itu tampak bingung. Aku pun berusaha menjelaskan lagi jenis chipsnya. Temanku itu akhirnya berkata bahwa ia kurang paham dengan chips yang aku maksud sebab ia sudah lama tidak pernah makan chips lagi. Ia tidak pernah ke bagian chips dan sejenisnya.
Saat itu aku seperti mendapat inspirasi! Kalau temanku bisa kenapa aku tidak bisa. Mmm sebetulnya tidak perlu jauh-jauh, suamiku sedang berusaha tidak makan chips. Sejauh ini ia sudah cukup konsisten menghindari chips selama beberapa bulan. Jadi kenapa tidak bisa?
Pada akhirnya temanku yang baik hati ini berhasil membelikanku chips. Dia pilih chips yang harganya mahal lagi. Padahal aku sudah bilang beli aja chips yang harganya sekian euro (murah tidak sampai 1 euro. Itu dia masih tidak yakin dengan menanyakan apakah ia memilihkan chips yang benar. Tentu saja chips mahal itu kuterima dengan senang hati. Rasanya enak dan tambah enak karena gratis hihihihi.. Temanku tidak mau diganti uangnya.
Sekarang setiap kali mau makan chips aku jadi ingat temanku yang selalu makan sehat sejak kecil. Aku jadi ketambahan inspirasi untuk membiasakan hal yang sama untuk anakku. Sulit karena aku juga masih makan makanan yang tidak total sehat. Meskipun begitu tidak apa kan jika aku bermimpi memiliki anak yang makan makanan sehat dan diriku pun juga ikut makan makanan sehat dan bergizi.
Salam,
-ameliasusilo-

