
Kinderwunsch Program Hamil di Jerman
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. Bismillahirrohmaanirrohiim.. Kinderwunsch, aku menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sebagai program hamil. Aku dan suami sepakat untuk mengikuti program hamil di Jerman untuk anak kedua kami. Bagaimana ceritanya?
Daftar Isi
Memutuskan Program Hamil di Jerman
Anak pertama kami sudah berusia lebih dari lima tahun. Sejak di Kindergarten (TK) dia sudah menanyakan kapan ia bisa punya adik. Ada dua alasan kenapa ia ingin adik. Katanya ia merasa sendirian dan di TK semua teman-temannya sudah punya adik. Aku dan suamiku bisa memahami alasan yang diungkapkan si bocah. Walaupun menurut kami yang pengalaman memiliki adik di usia yang lebih kecil dari bocah, jadi anak tunggal kan lebih enak hihihihi..
Aku sendiri sebenarnya sudah ingin program hamil sejak beberapa tahun lalu. Namun, suami saat itu memiliki pertimbangan lainnya sehingga keinginan tersebut tidak dibersamai dengan usaha yang lebih serius. Ketika kami berdua lebih siap, ada mimpi kami berdua yang menurut kami lebih prioritas. Berhaji adalah impian utama kami. Sayangnya niat baik ini belum dapat tercapai. Pandemi menyebabkan rencana perjalanan tertunda.
Setelah sampai tahun 2022 rencana baik ini masih belum dapat terlaksana, akhirnya kami memilih untuk memasrahkan diri kepada rencana Allah. Di sisi lain, kami berdua juga sudah ingin memulai program hamil. Secermat-cermatnya manusia berencana, kalau Allah belum berkehendak tentu rencana tersebut tidak akan terlaksana bukan?
Ternyata ketika kami berdua pasrah terhadap rencana Allah ada kemudahan yang kami dapatkan.
Memilih Program Hamil di Jerman
Aku teringat kalimat seorang teman baik yang memiliki pengalaman program hamil di Jerman. Katanya, „Ternyata Kinderwunsch itu ga perlu tunggu sampai lama. Ketika sudah setahun, dua tahun belum berhasil ga ada salahnya untuk periksa ke dokter dan datang ke Praxis Kinderwunsch.“
Ketika aku bercerita tentang keadaan kami, ia pun menyarankan pada saat melakukan pemeriksaan rutin tahunan untuk menanyakan program hamil di Jerman ke dokter Obsgyn (dalam bahasa Jerman, Frauenarzt). Sarannya aku ceritakan ke pak suami. Alhamdulillah beliau setuju. Pada saat aku periksa rutin, aku pun menceritakan pengalaman kami kepada dokter. Tanpa ragu-ragu beliau langsung menyarankan untuk konsultasi ke dokter yang lebih ahli. Aku langsung mengangguk menyetujui saran beliau. Tidak lama kemudian surat rujukan pun sudah kusimpan di tasku.
Tidak perlu tunggu lama aku pun langsung menanyakan kepada teman baikku tentang tempat praktek dokter Kinderwunsch. Di Hannover terdapat dua klinik program hamil. Temanku menyarankan untuk pergi ke tempatnya menjalankan program selama beberapa tahun terakhir. Ia pun dengan lengkap menyarankan dokter-dokter yang bisa kupilih sebagai dokter yang akan membersamaiku dan suami menjalankan program hamil di Jerman.
Aku segera menelepon tempat praktik yang direkomendasikan teman baikku tersebut. Namanya Kinderwusch-Zentrum dan lokasinya berada di area perbelanjaan Kröpcke. Alhamdulillah jadwal konsultasi bisa kudapatkan dengan mudah dan waktu tunggunya masih wajar. Kebetulan jadwal yang diberikan sesuai dengan rencana tahunanku dan suami. Bismillah.. tahapan pertama menuju program hamil di Jerman sudah kulalui.
Pemeriksaan Pertama
Sebelum bertemu dengan dokter, resepsionis yang menerima teleponku mengatakan bahwa aku akan menerima formulir melalui pos. Formulir tersebut harus diisi olehku dan suami. Kami diminta untuk mengisi data diri dan riwayat kesehatan baik secara umum maupun yang berkaitan dengan riwayat reproduksi kami berdua. Jika formulir telah lengkap diisi, kami diminta untuk segera mengirim kembali atau diantar langsung ke tempat praktik.
Pada saat datang ke praktik di tanggal perjanjian, kami diminta untuk membawa kartu asuransi kesehatan dan surat rujukan dari dokter. Jika aku (istri) mendapat surat rujukan dari dokter kandungan (Frauenarzt), suamiku membawa surat rujukan dari dokter keluarga (Hausarzt) atau dokter andrologi. Selain itu kami juga diminta untuk tidak melakukan hubungan suami istri selama lima hari sebelum tanggal perjanjian.
Hari H
Pada saat aku membuat perjanjian melalui telepon, resepsionis menanyakan apakah aku punya preferensi dokter. Di tempat praktik tersebut ada sekitar empat dokter yang ahli di bidang program hamil. Awalnya aku memilih dokter sesuai yang direkomendasikan oleh teman baikku, Utie. Namun setelah aku mengganti tanggal perjanjian ternyata aku harus menunggu lama jika tetap ingin dengan dokter yang sama. Akhirnya, aku dan suamiku membuat perjanjian dengan dokter Sabine Leßmann.
Sesuai dengan pesan resepsionis pada saat membuat perjanjian, kami datang lebih awal dari jam perjanjian dokter. Hal ini disebabkan karena suamiku akan melakukan pemeriksaan sperma terlebih dahulu. Kami pikir pemeriksaannya akan memakan waktu lama tapi ternyata tidak. Setelah ia selesai kami pun menunggu di depan kamar praktik bu dokter.
Pertama kali bertemu dengan dokter Leßmann, aku dan suamiku langsung menyukai dokter ini. Beliau sangat ramah dan di awal pertemuan menjelaskan proses pemeriksaan yang akan kami lalui dengan jelas. Beliau tidak terburu-buru dan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan penjelasan yang baik. Awalnya beliau berbicara dalam bahasa Jerman dengan tempo yang pelan tetapi ketika beliau mengetahui kami berdua dapat memahami percakapan dalam bahasa Jerman, beliau pun berbicara dengan tempo seperti biasa.
Menurutku ini poin penting sebab tidak semua dokter yang pernah kutemui sebelumnya dapat menyesuaikan tempo bicara bahasa Jermannya. Saat awal datang di Jerman tentu aku kesulitan memahami percakapan dalam tempo normal. Alhamdulillah sejak kuliah dan bekerja di sini, kemampuanku bisa lebih baik daripada sebelumnya.
Anamnesis dan pemeriksaan
Setelah bu dokter menjelaskan prosedur pemeriksaan yang akan kami lalui, beliau pun memberi tahu hasil pemeriksaan suamiku. Alhamdulillah suamiku tidak masalah. Sehingga untuk pemeriksaan berikutnya fokus utamanya ada padaku. Beliau juga melakukan anamnesis dan konfirmasi terhadap formulir yang telah kami isi sebelumnya. Untung kami datang berdua sehingga kami dapat memberikan riwayat kesehatan dan reproduksi yang lebih lengkap. Ada kalanya ketika aku lupa sesuatu hal, suamiku ingat lebih detil dan begitupun sebaliknya.
Satu hal yang beliau tekankan kepada kami adalah kami tidak perlu khawatir. Kami sudah punya anak dengan riwayat kehamilan dan kelahiran yang sehat dan normal. Hasil pemeriksaan suami alhamdulillah sehat dan baik. Riwayatku dari sejak remaja pun baik. Ibu dokter optimis bahwa kemungkinan besar kami tidak ada permasalahan yang perlu dikhawatirkan meskipun tetap perlu dilakukan pemeriksaan secara bertahap untuk mencari tahu kendala yang kami hadapi.
Cerita kehamilan yang pertama dapat dibaca di Cerita Hamil.
Setelah anamnesis selesai beliau pun mempersilakanku ke ruang USG. Beliau akan memeriksa alat reproduksiku. Alhamdulillah menurut beliau aku dalam keadaan sehat. Beliau pun dapat mengidentifikasi sel-sel telur. Setelah pemeriksaanku selesai beliau pun menjelaskan tahapan berikutnya yang harus kami lakukan dan lalui.
Program Hamil dan Penantian
Tahap berikutnya dari program hamil adalah melakukan usaha normal terlebih dahulu sesuai dengan jadwal yang diberikan oleh dokter. Aku dan suamiku diberikan jadwal berupa tanggal-tanggal yang meliputi tanggal melakukan hubungan suami-istri, tanggal perkiraan menstruasi berikutnya dan pemeriksaan kehamilan. Aku dan suamiku tidak memperoleh obat ataupun tata laksana lainnya selain jadwal ini.
Jika sampai dengan tanggal tertentu aku masih belum mendapatkan menstruasi dokter menginstruksikan untuk melakukan tes kehamilan. Tes boleh dilakukan secara mandiri dengan testpack atau langsung datang ke praktek dan melakukan tes darah. Jika aku mendapatkan menstruasi, maka di hari pertama atau kedua menstruasi aku dianjurkan untuk langsung datang ke tempat praktek tanpa perlu membuat perjanjian terlebih dahulu.
Oh ya pada saat hari pemeriksaan dokter maupun resepsionis tidak menyebutkan rincian biaya yang perlu kami bayar. Kami berpendapat selama belum ada pembicaraan mengenai biaya, maka program hamil yang kami lakukan ini masih ditanggung oleh asuransi kesehatan. Seperti halnya di Indonesia, program hamil di Jerman ini pun membutuhkan biaya. Berdasarkan cerita dari kedua teman baik kami, biaya yang dikeluarkan oleh pasangan suami istri tergantung kasus-kasusnya. Maksudnya, bukan harganya yang berbeda. Harganya sama tetapi ada yang biayanya bisa ditanggung oleh asuransi kesehatan dan negara bagian, ada juga yang hanya asuransi, serta ada pula yang biaya mandiri. Ini yang aku pahami ya. Untuk lebih lengkapnya bisa dibaca di website resmi milik kementerian pemerintah Jerman, Bundesministerium für Familie, Senioren, Frauen und Jugend (dalam bahasa Jerman).
Penantian
Sama seperti pasangan lainnya yang sedang melakukan program hamil, kami pun melalui proses penantian. Menunggu sampai dengan tanggal menstruasi hari pertama dan tanggal tes kehamilan itu rasanya campur aduk. Supaya tidak mendapat intervensi ataupun tekanan dari luar, aku dan suamiku sepakat untuk menyimpan cerita ini untuk kami berdua serta Utie dan Ezza, pasangan yang selalu kami jadikan rujukan untuk program Kinderwunsch ini.

Sumber gambar: Canva.
Tanggal berikutnya yang tertulis di jadwal dari dokter adalah tanggal menstruasi. Pada tanggal pertama hari menstruasi tidak ada tanda-tanda darah yang keluar, begitu pula dihari kedua dan ketiga. Aku masih mau belum melakukan tes kehamilan seperti biasanya kulakukan jika jadwal menstruasiku terlambat. Lagipula badanku rasanya sama saja seperti biasanya ketika aku akan menstruasi.
Ketika jadwal menstruasiku sudah lewat, aku masih belum mau melakukan tes. Aku masih menunggu sampai tanggal berikutnya yang tertulis di jadwal. Ketika itu aku sudah bercerita kepada satu teman baikku yang lainnya tentang program ini. Jadinya aku ada teman berbagi penasaran hahaha.. (you know who you are).
Hasil Penantian Tahap Kedua Program Hamil di Jerman
Akhirnya tibalah tanggal tes kehamilan tersebut. Kebetulan tanggalnya bersamaan dengan tanggal kepulangan ibu dan adikku ke Indonesia. Tadinya aku masih mau menunda tes, paling tidak sampai tanggal 30 akhir bulan. Namun, kupikir mumpung ibu dan adikku masih ada paling tidak jika hasilnya positif aku bisa memberi tahu mereka secara langsung. Dan aku berharap ini akan menjadi kejutan yang menyenangkan.
Aku sengaja bangun pagi-pagi. Aku menyiapkan dua buah jenis testpack. Satunya harga murah meriah dan satunya agak pricey. Tidak apalah, paling tidak aku jadi yakin akan hasilnya jika dari dua jenis alat yang memiliki kualitas berbeda. Yang pertama, aku memilih menggunakan tes yang harganya murah. Setelah itu baru yang lebih mahal.

Alhamdulillah…
Di tes yang murah itu dua buah garis merah yang berwarna merah terang langsung terlihat dengan jelas. Masih belum yakin aku langsung membuka testpack yang kedua. Tentu saja hasilnya sama!
Ini jauh berbeda dengan kehamilanku yang pertama. Hasil dua garis di testpack anakku yang pertama garis keduanya masih tipis. Bedanya adalah waktu itu aku langsung yakin hamil tanpa perlu tes yang kedua karena badanku rasanya memang berbeda sekali dari biasanya.
Jadi, apakah aku officially hamil?
Aku baru akan memastikannya setelah aku mendapat hasil tes darah yang kulakukan di tempat praktek. Tunggu cerita berikutnya ya!
Salam,
-ameliasusilo-


One Comment
Pingback: