Catatan

kehidupan 2 orang pria

Cerita ini nyata. Cerita dari mereka membuat gw tersentuh dan menyadarkan bahwa kehidupan gw selama ini harus sangat disyukuri.
Dua orang pria dari tanah madura ini mungkin mewakili orang-orang lainnya yang punya cerita serupa. Keluarga mereka adalah keluarga sangat sederhana yang untuk kehidupan sehari-hari sangat pas. Gw memang tidak bertanya lebih lanjut berapa jumlah anggota keluarganya atau apa pekerjaan orang tuanya dan seperti apa lingkungan rumahnya. Mendengar mereka bercerita dengan mata terawang saja udah cukup menyentuh.

Mereka berdua hanya menyelesaikan pendidikan sampai dengan madrasah Aliyah dilingkungan pesantren.

Sebut aja pria A, kira-kira menyelesaikan pendidikannya 2 tahun yang lalu. Keinginan untuk meneruskan sekolah di tingkat yang lebih tinggi pupus karena orang tua tidak sanggup membiayai. Ketika gw tanya kenapa tidak mencari beasiswa, dia bilang daya pikirnya tidak sanggup untuk bersaing dengan orang-orang pintar lainnya disamping dia memang sadar harus membantu orang tuanya. Akhirnya dia memutuskan untuk bekerja sebagai TKI di Arab Saudi. Untung sekali dia memperoleh jalannya secara legal. Dengan bekal pendidikan agama yang cukup, meskipun hanya sedikit memahami bahasa arab dia berhasil bergabung ke perkumpulan di Arab sana yang nantinya memperkerjakan sebagai pendamping jemaah Indonesia. Dia bersyukur, bekerja sambil beribadah. Dengan pekerjaannya ini ia bisa membantu orang tuanya, berkenalan dan membina silaturahmi dengan orang-orang indonesia yang menjadi jemaahnya, dan terus beribadah.

Pria B, juga bekerja sebagai pendamping jemaah Indonesia di tanah suci. Dia datang ke Arab Saudi dengan rekomendasi seorang kiai, setelah menjadi santri di pesantren kiai tersebut selama 9 tahun. Beruntung dengan rekomendasi tersebut, setelah sampai di Arab dia diperlakukan dengan baik. Dengan latar belakang pendidikannya dia berhasil mendapatkan pekerjaan di 6 travel yang mengurusi umroh maupun haji Indonesia. Dia mengaku sangat bersyukur bisa tinggal di kota Mekah karena tidak semua orang dapat menetap di kota suci. Dia bercerita banyak melihat orang-orang dengan niat ataupun maksud yang kurang baik “terusir” dari kota Mekah. Dia juga bercerita bagaimana dia bekerja keras, mencari berbagai peluang untuk mendapat rezeki dan mengirimkan kepada orang tuanya. Niat utamanya mampu menghafal Al Quran. Semoga, dia bisa mencapai cita-citanya yang mulia..

Mereka berdua tidak tahu kapan bisa pulang ke tanah air..

Meskipun mereka tidak hidup berlebihan tapi kehidupannya sehari-hari dekat dengan Allah SWT. Mereka bisa umroh setiap saat, bisa solat di masjidil haram maupun nabawi..

Semoga Allah SWT senantiasa membuka pintu rezeki mereka dan orang-orang yang memiliki cerita yang sama..

Silakan tinggalkan komentar anda disini..

error: Content is protected !!