Jurnal Proyek Rawat Diri: Berkesadaran Saat Berkegiatan Dengan Air
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Pekan ini aku sedang mengikut pekan rawat diri yang diadakan oleh mba Itsnita Husnufardani melalui Selfcare Project-Jurnal Ibu Pembelajar. Ini kali kedua aku mengikuti proyek yang sama.
Untuk hari pertama tantangannya adalah berkesadaran saat berkegiatan dengan air di rumah. Ada tiga kegiatan yang boleh dipilih untuk latihan. Peserta boleh memilih semua kegiatan tersebut atau memilih salah dua maupun salah satunya saja. Kami diminta untuk merasakan apa saja yang hadir dan berlalu di pikiran kita saat berkegiatan serta merasakan perasaan kita saat itu.
Kegiatan yang boleh dipilih adalah:
- Mencuci piring dan alat masak
- Mencuci baju
- Mandi
Aku memilih dua kegiatan yaitu mencuci piring dan mandi. Diantara kedua kegiatan ini, setelah aku pikir-pikir, sehari-harinya lebih mindfulness ketika mandi. Tentu saja ada pengecualian yaitu ketika tiba-tiba pintu kamar mandi diketuk-ketuk dengan heboh karena ada yang tidak bisa tahan lagi ingin buang air kecil atau buang air besar. Langsung buyaar deh mindfulness-nya heehehehe.. Karena aku merasakan lebih banyak masalah ketika mencuci piring, maka di jurnal ini aku bercerita mengenai pengalamanku saat mencuci piring hari ini ya.
Tantangan mencuci piring dan alat masak
Sesungguhnya sudah ada pembagian tugas yang jelas antara istri dan suami di rumah kami. Jika istri masak, maka suami mencuci piring dan alat masak. Begitu pula bila terjadi sebaliknya. Pembagian seperti ini sudah kulakukan sejak aku mendapatkan materi tentang delegasi tugas di kelas Matrikulasi Institut Ibu Profesional. Namun pada prakteknya kadang kala pembagian tugas ini tidak berjalan jika suami sudah terlalu lelah pulang bekerja. Oh iya meskipun tinggal di luar negeri di rumah kami tidak ada mesin pencuci piring. Apartemen yang kami tinggali saat ini tidak menyediakan mesin canggih tersebut.
Aku biasanya bermasalah jika mau memasak tetapi masih ada tumpukan cucian piring dan alat masak. Rasanya geli masih ada tumpukan. Jadi ketika melihat tumpukan tersebut biasanya aku beralih untuk memasak sesuatu yang simpel atau memasak frozen food. Namun saat semangatku tinggi ingin masak dan aku memiliki bonus waktu, aku tidak segan mengambil alih tugas suamiku. Tidak kukerjakan semuanya.. Setidaknya ketika beliau pulang kerja bisa lebih semangat karena tumpukan cucian piring dan alat masaknya tinggal sedikit.
Kemarin terdapat tumpukan piring kotor, sendok, garpu, sutil dan lain sebagainya. Mumpung ada tantangan di pekan rawat diri dan kebetulan juga jadwalku untuk memasak, maka aku memutuskan untuk membantu tugas suamiku. Aku menyisakan wajan, sendok, garpu dan sutil untuk dikerjakan suamiku. Mungkin karena semangat dan niat, aku senang-senang saja melakukan kegiatan cuci piring ini.
Sebelum melakukan kegiatan mencuci, aku merebus air panas terlebih dahulu melalui alat yang terhubung ke saluran air. Setelah airnya matang, aku pun menata dan memilah tumpukan yang ada di tempat cuci piring sehingga memudahkanku untuk pengambilan barang. Penataan dan pemilahan ini penting untukku sebab aku dapat menentukan urutan cucian. Sehingga aku dapat menata letak piring-piring dan segala cuciannya yang sudah bersih dengan rapi.
Kemudian aku melakukan teknik olah nafas 4-7-8. Lalu aku nyalakan keran air dingin kemudian mengisi wadah sabun dengan air dingin tersebut. Menuangkan sabun cuci cair kedalamnya kemudian mencampurkan sabun tersebut dengan spons agar berbusa. Setelah itu akupun mulai menyabuni satu per satu. Untuk membilas aku memutar keran air dingin kemudian menyalakan pelan-pelan keran air panas. Aku menyesuaikan kondisi air sehingga cukup hangat untuk tanganku.
Biasanya aku ditemani oleh suara-suara di dapur. Maksudnya aku biasanya menyalakan podcast ataupun Youtube. Sambil menyelam minum air. Sambil bekerja di dapur sambil mencari ilmu dan informasi.
Apa yang aku dapatkan?
Pikiran: Aku merasa dapat bertahan dalam kondisi berkesadaran pada tida sampai lima menit awal kegiatan menyabuni. Setelah itu aku mulai berpikir tentang kegiatan yang ada di komponen Komunitas Ibu Profesional regional Efrimenia. Kebetulan kemarin itu akan ada acara Main Bareng Komunitas di IG Live. Aku pun tiba-tiba berpikir akan bertanya apa pada narasumber acara tersebut. Aku segera tersadar dan mulai mengolah nafas kembali. Monkey mind muncul kembali hahaha.. Kali ini aku memikirkan proyek di RCIP. Ampun deh..
Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil timer telur. Aku pasang waktunya selama 35 menit. Bunyi suara tiktiktik yang konstan ternyata membantuku untuk tetap berkesadaran pada saat menyabuni piring-piring dan panci.
Berkesadaran saat main air ini ternyata terbangun lebih baik pada saat aktivitas membilas di mulai. Dengan catatan aku menggunakan air dingin ya. Ketika aku mulai menggunakan air hangat untuk beberapa barang, si monyet yang ada di pikiranku pun datang kembali. Namun aku merasa lebih baik, maksudnya durasi berkesadaran lebih baik dibandingkan saat menyabuni tadi.
Perasaan: Karena jiwa ragaku kuusahakan ada disana saat aku berkegiatan, aku merasakan beberapa hal yang berbeda. Misalnya aku merasakan sensasi air dingin yang mengenai tanganku. Ternyata itu menyenangkan dan menyegarkan. Sensasinya ini juga membantuku menahan kesadaran saat berkegiatan. Lalu aku bisa lebih merasakan kotoran-kotoran yang masih menempel dan bisa menggosoknya dengan baik.
Evaluasi
Aku terbiasa mendengar bunyi suara saat berkegiatan mencuci piring ini. Jadi ketika suasananya sepi ditambah tidak ada sensasi khusus di anggota tubuhku, pikiranku lebih mudah untuk lompat-lompat. Teknik nafas yang kulakukan sebaiknya tidak dilakukan sambil berdiri di dekat tempat cuci piring. Aku sebaiknya sudah dalam kondisi mindful pada saat masuk ke dapur atau di lokasi cuci piring. Durasi mencuci piring tidak lebih dari 25 menit.
Rencana
Apabila aku mencuci piring lagi, aku tidak boleh lupa untuk menyiapkan timer telurku dan memasang durasi cuci mencuci selama 25 menit saja.
Apresiasi diri
Alhamdulillah melalui latihan ini aku menyadari asyiknya main air dengan berkesadaran. Untuk usaha yang sudah kulakukan dan hasil yang kurasakan, aku menghargai diriku sendiri dengan dua hati.
-ameliasusilo-
Sumber featured image: Love vector created by freepik – www.freepik.com
5 Comments
Pingback:
Pingback:
Pingback:
Pingback:
Pingback: