Hari Terakhir Ramadan 1443 Hijriah
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. Bismillahirrohmaanirrohiim.. Tidak terasa sudah sampai di ujung bulan Ramadan 1443 Hijriah. Bulan yang istimewa di setiap tahun Islam ini sebentar lagi akan habis dan digantikan bulan lainnya. Keistimewaan dan kenikmatan berlipat ganda yang dapat diperoleh oleh umat muslim di seluruh dunia selama satu bulan penuh akan segera berakhir. Di hari terakhir Ramadan ini aku ingin sedikit bercerita mengenai pengalamanku selama satu bulan terakhir.
Ramadan Istimewa Tahun 2022
Ada beberapa hal yang membuat Ramadan 1443 Hijriah/2022 ini istimewa untukku. Sebuah pengalaman yang bisa menjadi bekal untuk meningkatkan kualitas diri setelah bulan suci ini berlalu esok hari.
Kecelakaan sepeda
Sebelum memasuki bulan Ramadan aku diuji oleh Allah SWT dengan kecelakaan sepeda yang menimpaku. Kecelakaan ini seperti sebuah teguran bahwa aku diberikan kesempatan lagi untuk hidup dan berjuang mengumpulkan amal baik sebagai bekalku di hari akhir kelak. Kecelakaan ini cukup mempengaruhi titik awal perjuangan ibadah selama di bulan suci. Tanggal kejadian yang sangat berdekatan dengan hari pertama puasa menyebabkanku harus mengikhlaskan hari-hari di awal bulan untuk tidak berpuasa. Seolah-olah kenikmatan untuk beribadah waktu itu sebagian dicabut. Aku bisa merasakan keterbatasan ketika ingin solat, tilawah, masak makanan berbuka atau bahkan hanya sekedar mendengarkan ceramah ustadz di Youtube. Keterbatasan yang tidak akan dirasakan jika dalam keadaan sehat dan fit. Waktu itu yang bisa dilakukan adalah menerima keterbatasan tersebut kemudian berusaha melakukan ibadah dengan beradaptasi sesuai kemampuan.
Cerita tentang kecelakaan sepedaku dapat di baca di tulisan tentang penggunaan helm di Jerman.
Kedatangan tamu dan masak
Walaupun aku memulai bulan istimewa ini dengan keterbatasan, aku dapat menjalani pertengahan bulan Ramadan dengan baik sesuai dengan kemampuanku saat itu. Kondisi fisik yang pelan-pelan pulih mulai mendukung untuk melakukan ibadah dengan lebih giat lagi. Namun, ada hal berikutnya yang terjadi. Tantangan berikutnya bagi seorang perempuan (atau mungkin tantanganku ya) adalah ketika semangat sedang di puncak harus menerima kehadiran tamu bulanan. Alhamdulillah tamu ini datang saat disini sedang libur. Aku pun dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk masak. Memasak makanan yang bisa dicicipi tentu lebih membuat percaya diri meningkat dibandingkan saat tidak bisa merasakannya bukan?
Menemukan strong why memasak
Masak bagiku adalah kegiatan yang paling banyak menguras energi dan waktu. Aku membutuhkan waktu minimal satu jam untuk masak kecuali masak yang cepat saji seperti mi instan, tuna kaleng atau olahan telur. Karena aku tidak terlalu menikmati waktu me time di dapur, setiap kali selesai masak inginnya istirahat. Energiku seperti langsung tersedot habis. Ibarat baterai ponsel pintar yang tadinya 85% jadi tinggal 45%.
Namun, bulan ini aku menemukan sesuatu yang berbeda. Aku bisa mengidentifikasi strong why untuk masak dan ternyata hal ini sangat berguna sebagai booster mood dan energi saat aku mulai lelah. Kekuatan yang muncul dari strong why ini bahkan menyebabkan diriku mampu memasak beberapa menu dalam porsi banyak. Aku juga berani untuk bereksperimen menu baru atau resep baru. Keberanian untuk tidak textbook sesuai resep juga muncul sehingga bumbu yang kuracik bisa menghasilkan cita rasa makanan yang enak. Jujur saja aku pun sampai saat ini masih tidak percaya bahwa aku bisa memasak seperti itu. Alhamdulillah berkah Ramadan…
Berburu takjil di masjid Hannover
Beberapa tahun yang lalu sebelum pandemi COVID-19 hadir biasanya aku menyempatkan diri untuk berbuka di masjid. Bukan menyempatkan diri sih sebenarnya, lebih ingin merasakan nuansa berbeda saat berbuka puasa dan ingin makan masakan dari negara lain. Sekaligus bonusnya adalah aku tidak perlu masak dan sekalian bisa bersepeda. Pandemi menyebabkan kegiatan ini tidak ada.
Alhamdulillah Ramadan tahun ini hadir saat jumlah kasus COVID-19 sudah turun banyak dari awal tahun 2022 lalu. Masjid yang sebelum pandemi menyediakan makanan berbuka mulai aktif kembali menyelenggarakan kegiatan ini. Aku pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Anakku yang sudah besar pun sudah mulai bisa dikondisikan untuk ikut pergi berbuka di masjid. Apalagi kebetulan dua minggu pertama Ramadan bertepatan dengan libur paskah disini. Aku dan suamiku pun akhirnya sering mengajak anak kami berbuka di masjid dan solat di masjid. Nikmatnya masyaAllah…
Bertemu orang baru
Hikmah dari berbuka di masjid adalah aku bisa bertemu dengan beberapa orang baru. Suamiku yang awalnya bertemu dengan orang-orang baru ini. Aku pun jadi bisa ikut berkenalan, menjalin silaturahmi baru. Mengenal orang baru kemudian mendengar cerita-cerita yang baru memberikan energi baru dan perspektif yang lebih luas lagi. Alhamdulillah di bulan yang penuh rahmat ini aku bisa memperoleh kesempatan seperti ini.
Target Ramadan dan Capaiannya
Seperti kebiasaan di tahun-tahun sebelumnya aku memiliki target Ramadan. Ada target yang dibuat untuk diri sendiri, keluarga bahkan bersama teman-teman. Walaupun disusun berdasarkan banyak kepentingan, hal-hal yang dijadikan target sebetulnya beririsan. Sehingga antara kepentingan satu dan lainnya bukannya membuat bingung atau memperbanyak target malah memoles target yang sama menjadi lebih baik lagi. Intinya adalah target ini menjadi penyemangat diri untuk meningkatkan ibadah selama bulan Ramadan.
Target disusun sebelum kecelakaan terjadi. Proses pemulihan kecelakaan sejujurnya mempengaruhi capaian targetku. Ada beberapa hal yang jadinya tidak bisa maksimal karena keterbatasan yang aku alami sampai dengan pertengahan bulan Ramadan. Selain kecelakaan, ternyata berbuka puasa tidak di rumah maupun berbuka bersama dapat mempengaruhi capaian target lainnya terutama yang berkaitan dengan agenda keluarga. Mengingat aku dan suami yang aktif berperan di ranah publik, agenda harian keluarga baru dapat kami lakukan saat pulang ke rumah. Kadang kala rasa lelah yang kami rasakan menyebabkan kami ingin beristirahat terlebih dahulu sehingga kami bisa lebih segar untuk ibadah malam harinya. Akhirnya, kami pun harus memilih. Tapi bukan berarti kami tidak dapat meraih target keluarga sebab jika dibandingkan dengan tahun lalu aku merasa capaian yang dapat kami raih justru lebih baik. Selain itu, walau capaian keluarga tidak mampu mencapai 100%, kami bisa menambah capaian di target lainnya. Jika seperti ini bukan berarti kami tidak mendapat apa-apakan?
Catatan untuk Ramadan tahun depan
Jika masih ada rezeki bertemu kembali dengan Ramadan tahun depan ada beberapa hal yang menurut analisisku bisa mempengaruhi capaian target Ramadan. Hal-hal tersebut antara lain:
- Menggunakan sebagian hari cuti tahunan untuk 10 hari terakhir Ramadan
- Menetapkan hari berbuka di masjid
- Menentukan hari dan jam khusus untuk agenda keluarga
- Menyusun meal plan dan food preparation
- Menulis jurnal Ramadan
- Membiasakan untuk memiliki target capaian bulanan baik untuk diri sendiri maupun keluarga
- Mengondisikan persiapan Ramadan sejak bulan Rajab
Seperti yang ditulis oleh mbak Anne Adzkia di salah satu cerita di blognya mengenai target Ramadan bahwa hawa nafsu manusia adalah faktor internal yang menjadi hambatan dalam beribadah di bulan Ramadan. Selalu saja ada alasan untuk menunda ibadah dan amal baik setiap hari sampai akhirnya sadar dan sudah terlambat karena Ramadan akan segera berakhir. Aku berharap catatan diatas bisa menjadi bahan pengingatku untuk bisa melalui Ramadan yang lebih baik lagi tahun depan, insyaAllah.
What’s Next?
Tahun ini insyaAllah ada rencana lainnya yang sedang menunggu. Jika memang rezekiku dan suami, kami berharap kami dapat menjalankannya dengan baik. Apa yang kami lakukan selama bulan Ramadan ini semoga bisa menjadi bekal untuk rencana berikutnya.
Selain itu yang jelas aku ingin agar agenda keluarga kami dapat terus dilanjutkan. Tinggal di negara yang muslimnya minoritas adalah tantangan besar untuk dapat mempertahankan dan memupuk akidah kami. Apalagi kami memiliki anak yang lingkungannya jauh berbeda dengan lingkungan kedua orang tuanya saat kecil dulu. Mohon doanya yang teman pembaca Michdichuns, agar kami bisa meneruskan agenda keluarga ini.
Semoga semua ibadah yang aku dan keluargaku lakukan, ibadah dan amal baik yang dilakukan oleh teman pembaca semuanya diterima oleh Allah SWT dan dapat menjadi tabungan untuk di hari akhir kelak. Semoga segala kebiasaan baik yang dilakukan selama satu bulan ini tertanam menjadi kebiasaan baru bagi kita semua.
Selamat tinggal Ramadan, semoga kita bertemu lagi tahun depan insyaAllah.
Salam,
-ameliasusilo-