Hamsterverkäuf
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Februari lalu ketika di Jerman angka penduduk yang terinfeksi virus penyakit Covid-19 semakin meningkat, mulai muncul tanda-tanda kepanikan. Tanda panik yang paling mudah dilihat adalah masyarakat berbondong-bondong berbelanja dalam jumlah banyak sebagai usaha berjaga-jaga bila terjadi sesuatu. Waktu itu di Jerman belum ada perintah lockdown. Yang menarik adalah di koran ataupun lini masa berbahasa Jerman muncul kosakata yang belum pernah aku dengar sebelumnya, Hamsterkäufe.
Menurut Duden.de, der Hamsterkauf atau die Hamsterkäufe setelah diterjemahkan adalah pembelian barang-barang kebutuhan sehari-hari, khususnya makanan, dalam jumlah banyak untuk berjaga-jaga bila terjadi kekosongan barang atau peningkatan harga barang.
Menurut thelocal.de, kata benda Hamsterkauf ini digunakan untuk menggambarkan situasi berbelanja dalam keadaan panik yang biasanya terjadi ketika terjadi ketakutan masal atau kondisi tertentu. Berasal dari dua gabungan kata yaitu Hamster dan Kauf . Hamster adalah hewan pengerat yang senang mengumpulkan makanan di dalam mulutnya. Kauf berarti beli.
Karena hanya mendengar dan membaca berita sepintas lalu, aku pikir ini orang-orang pada berebut beli Hamster. Agak bingung juga situasi begini kok pada heboh beli Hamster. Ckk.. hihiihihi..

Di Hannover sendiri waktu itu, orang-orang juga sudah mulai pada beli ini itu. Aku dan suami waktu itu belum terbawa arus. Kami masih santai, tidak merespon yang sampai panik dan heboh. Tetapi suami sudah mengeluarkan perintah untuk beli beras, makanan kaleng dan air minum. Pembelian barang-barang ini dicicil saja sampai kira-kira mencukupi untuk 2-3 minggu.
Aku teringat pembahasan tentang Hamsterkäufe ini di kelas bahasa Jerman sekitar bulan Januari akhir atau awal Februari. Respon yang aku terima dari teman-teman sekelas beragam meskipun mayoritas sepakat masih belum perlu khawatir dan ikut-ikutan bebelian. Yah, masing-masing boleh untuk berpendapat kan ya? Apalagi waktu itu di Jerman angka infeksinya juga masih kecil sekali.
Lalu kemudian beredar di salah satu portal berita (ini yang aku tahu dan dapat tautannya ya) tentang barang-barang yang harus disediakan dalam keadaan darurat. Waktu awal baca, aku panik sih. Tidak terpikir sampai kesana. Daftar barangnya panjang sekali. Bukan hanya sekedar daftar tetapi barang-barang kebutuhan ini sudah dikelompokkan ke dalam kategori-kategori apabila terjadi kejadian A atau kejadian B. Berdasarkan daftar ini, kami tetap merespon dengan cukup membeli barang diatas ditambah kurma, lilin, korek api dan baterai.


Keadaan jadi heboh karena sekitar akhir Februari dan Maret itu, tepung, gula, minyak, pasta, tisu toilet, tisu dapur, desinfektan, sabun cuci tangan, masker mulai sulit dicari. Mau cari di supermarket kecil, supermarket besar, sudah tidak ada semua. Mau beli online tidak semuanya ada. Alhamdulillah pemerintah disini masih bisa menjaga kestabilan harga-harga. Untuk harga online mungkin tidak terlalu ya tapi untuk toko-toko offline semuanya alhamdulillah tidak ada perubahan.

Akhirnya diberlakukan pembatasan kuantitas pembelian. Aku belum pernah melihat dengan mata sendiri ada yang beli sampai heboh sih disini sebenarnya. Tapi memang barang-barang yang kusebutkan diatas tadi cepat sekali habisnya ketika ada stok di toko. Jadi belum pernah melihat ada orang yang sangat panik sehingga keranjang belanjaannya jadi penuh sesak sampai bertumpuk tinggi seperti gambar-gambar yang beredar di portal berita online maupun media sosial.
Di Jerman tidak ada lockdown yang ketat seperti negara-negara lainnya. Ini menurut penglihatan dan pengamatanku ya. Masih ada yang jogging, naik bus, tram, mengajak anjingnya jalan keluar, pergi ke luar dengan anak-anak dll. Belanja pun di supermarket aku belum pernah sampai antri. Kecuali pas mau belanja ke salah satu toko Asia tapi itu juga karena memang tokonya kecil dan sempit sih menurutku. Hal ini mungkin yang menyebabkan aku jarang melihat orang-orang heboh belanja ya..
Stok bahan pangan yang mentah juga masih lengkap. Sayur buah juga masih tersedia seperti biasa. Yang mulai sering habis tapi cepat ada stok adalah camilan terutama roti. Ya bisa dipahami sih.. kan anak-anak tidak sekolah jadi salah satu hiburannya ya makan camilan.
Oh ya, yang terdampak dari beberapa barang-barang yang kosong adalah para kakek-kakek dan nenek-nenek. Namanya juga sudah usia ya, kecepatan dan kegesitannya tentu saja sudah mulai berkurang.
Untungnya banyak aksi solidaritas yang muncul. Di salah satu portal belanja yang biasa jadi langganan juga ada menu pilihan baru untuk membantu tetangga ataupun orang yang membutuhkan bantuan.
Sejak April-Mei lalu semua barang-barang yang sempat menghilang dari peredaran sudah kembali normal. Rak-rak yang tadinya kosong atau tinggal onggokan kardus kosong sudah terisi kembali.

-ameliasusilo-
Sumber featured image: Image by Alexas_Fotos from Pixabay


0 Comments
ExParisienne
Mungkin dengan memelihara binatang bisa mengurangi stress saat di rumah saja..Kalau disini mungkin yang beli kucing…
ameliasusilo
Iyaa betul, ada kenalan yang memelihara kucing di rumah. Jadi ada temennya untuk sehari-hari, ada yang bisa diajak main juga