
Haji 2024 Pengalaman Meninggalkan Anak Untuk Berhaji di Jerman
Saat berhaji 2024 lalu kami meninggalkan anak – anak di Jerman. Banyak yang menanyakan bagaimana caranya dan apa saja tipsnya. Oleh karena itu kutuliskan tentang hal ini di sebuah artikel tersendiri agar lebih leluasa mengupas tentang hal penting bagi calon jamaah haji yang berdomisili di luar Indonesia.
Hai teman pembaca Michdichuns!
Menunaikan ibadah haji adalah impian seorang Muslim. Ada yang mimpinya tercapai lebih cepat, adapula yang perlu bermimpi bertahun – tahun hingga akhirnya dapat berhaji.
Tidak ada yang tahu kapan Allah akan memanggil umatnya, memampukan umatnya untuk pergi berhaji. Yang bisa dilakukan oleh kita yang masih bermimpi dan berkeinginan kuat untuk merealisasikan impiah berhaji adalah berdoa dan berusaha memampukan dirinya.
Pada saat kami berhaji tahun lalu, ustadz pembimbing kami mengingatkan bahwa kepergian kami ke tanah suci untuk berhaji bukanlah karena kita mampu. Tetapi yang perlu diingat adalah Allah yang memampukan kita tamu yang diundangnya untuk bisa berangkat ke sana dan mengerjakan Rukun Islam yang kelima.
Meninggalkan Anak Untuk Berhaji di Jerman
Kadang bagi orang yang masih muda, pasangan muda tantangan yang dihadapi saat ingin berhaji adalah anak – anak yang masih kecil. Bagi orang tua yang memiliki anak kecil, meninggalkan mereka selama beberapa minggu bisa menjadi tantangan emosional.
Dari hasil obrolan dengan banyak orang tema meninggalkan anak dalam jangka waktu lebih dari satu minggu di sebuah negara ternyata bukan hanya hal yang menjadi pemikiran seorang ibu. Ada juga ayah yang lebih khawatir dibandingkan ibunya. Di sisi lain adapula pasangan yang memiliki pertimbangan tertentu jika harus meninggalkan anak lebih dari sepekan di Jerman.
Menurutku normal berarti kita masih punya rasa manusiawi sebagai orang tua. Apalagi situasi satu keluarga berbeda dengan keluarga yang lainnya.
Jika teman pembaca Michdichuns menanyakan bagaimana dengan situasi kondisi kami saat meninggalkan anak – anak, maka aku akan menjawab saat itu kami sangat siap. Rezeki kami saat itu kami mendapat dukungan baik dari keluarga maupun tetangga terdekat kami di Hannover.
Kami melakukan perjalanan selama sekitar 21 hari tahun lalu tanpa anak – anak. Saat itu usia si mas sulung sudah masuk usia SD kelas atas sedangkan adiknya masih berusia lebih dari satu tahun.
Bagaimana tipsnya dan apa yang kami alami?
Tips Tenang Meninggalkan Anak Saat Berhaji
Agar perjalanan ibadah tetap tenang dan anak-anak tetap dalam kondisi baik, ada beberapa hal yang kami lakukan. Diantaranya adalah…
Sounding dari jauh hari
Aku dan suami sudah berencana untuk berhaji dari tahun 2019. Keberangkatan kami tahun 2020 tertunda karena adanya pandemi COVID – 19 saat itu. Sejak dari sebelum itu kami sudah memberi kabar kepada keluarga tentang rencana kami berhaji.
Kami sudah menyiapkan rencana siapa yang akan menjaga si sulung saat kami pergi. Kebetulan eyangnya sudah beberapa kali ke Hannover sehingga si mas sudah kenal dan nyaman dengan eyangnya. Si bungsu saat itu belum lahir.
Jadi, yang perlu diberitahukan mengenai rencana berhaji bukan hanya keluarga saja ya. Anak – anak meskipun masih kecil juga sudah harus diberitahukan sejak jauh hari agar mereka bisa memahami dan tidak merasa ditinggal.
Dengan di-sounding dari jauh hari manfaatnya adalah dapat mengatur siapa yang akan datang ke Jerman untuk menemani anak. Seandainya tidak ada keluarga yang bisa menemani bisa mencari kerabat atau tetangga yang dapat dipercaya dan melatih mengenai kebiasaan anak.
Memastikan anak-anak terbiasa dan nyaman dengan orang yang akan menemani, menjaga dan merawat mereka adalah hal yang penting. Jika mereka belum akrab, luangkan waktu untuk membiasakan mereka dengan rutinitas baru sebelum keberangkatan.
Siapa yang menemani
Jika keluarga tidak bisa menjaga anak selama kita berhaji, cari strategi lain yang nyaman, terpercaya dan paling sesuai dengan kondisi kita orang tuanya dan anak – anak. Pastikan mereka memiliki pengalaman dengan anak dan mampu memahami kebutuhan mereka.
Komunikasi heart to heart
Beri pemahaman kepada anak, tentang mengapa kami pergi. Kami juga memberi tahu apa saja yang akan kami lakukan dan kapan kedua orangtuanya ini akan kembali.
Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan berikan rasa aman bahwa mereka tetap dicintai dan akan dirawat dengan baik oleh keluarga yang datang untuk menjaga. Yakinkan bahwa semuanya akan baik – baik saja dan anak dapat menghubungi kami di waktu tertentu.
Rasa sedih akan ditinggal divalidasi. Anak dibesarkan hatinya dengan dihibur bahwa kami tetap bisa berkomunikasi dan keluarga yang menjaga akan mengajak bermain.
Aku dan suamiku memanfaatkan momen ini untuk mengajak si sulung berbicara heart to heart. Kami menjelaskan bahwa ketika ayahnya tidak ada di rumah, ia menjadi kepala keluarga di rumah ini. Semua yang di rumah respek dengannya dan ia kami minta menjadi kakak yang baik dengan menjalankan peran yang sudah disepakati sebelumnya.
Tentang anak kami menjadi kepala keluarga pun dibicarakan dengan keluarga yang datang menjaga. Tujuannya bukan untuk memberi beban kepada anak karena tentu saja semua hal pada akhirnya akan dilakukan oleh keluarga yang menjaga.
Menuliskan rutinitas anak
Tuliskan jadwal harian anak, termasuk waktu makan, tidur, sekolah, dan aktivitas lainnya. Ini akan membantu pengasuh menjaga ritme keseharian mereka seperti biasa.
Melengkapi dan menyediakan kebutuhan anak
Pastikan semua kebutuhan anak terpenuhi sebelum berangkat. Pastikan persediaan makanan dan camilan favorit dalam jumlah banyak. Obat-obatan dan vitamin yang perlu dikonsumsi sudah tersedia untuk durasi kita pergi atau paling tidak lebih dari sepuluh hari.
Pakaian bersih sudah tersedia dan kamar anak dalam keadaan rapi. Mainan atau benda kesayangan mereka untuk kenyamanan
Libatkan anak
Ajak anak untuk mendoakan perjalanan haji. Kami pun berjanji akan membacakan doa anak saat Wukuf dan berada di Tanah Suci. Ini bisa membuat mereka merasa lebih terhubung secara spiritual.
Anak juga dilibatkan dalam persiapan perlengkapan dan pakaian. Ia diikutsertakan saat melakukan packing ke dalam koper. Hal ini juga bisa sambil melakukan edukasi memberikan penjelasan tentang pakaian Ihrom dan lain – lain yang berhubungan dengan ibadah.
Hadiah pulang haji
Membawa oleh – oleh atau sesuatu yang mereka sukai dapat membantu transisi setelah kepulangan Anda. Hadiah bisa berupa apa saja, seperti mainan kecil, buku, atau sovenir khas dari Mekah dan Madinah.
Meninggalkan anak saat berhaji memang tidak mudah, tetapi dengan persiapan yang matang dan dari jauh hari, orang tua bisa menjalankan ibadah dengan lebih tenang. Yang terpenting, pastikan anak merasa aman, dicintai, dan tetap terhubung secara emosional meskipun teman pembaca Michdichuns berada jauh.
Semoga teman pembaca Michdichuns yang akan berhaji, menjadi haji yang mabrur!
Salam,
-ameliasusilo-

One Comment
Pingback: