fasilitas terbang yang membuatku bisa bepergian melihat dunia
KLIP

Fasilitas Terbang Gratis

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. Terbang identik dengan burung, pesawat, langit dan perjalanan jarak jauh. Terkait pergi jarak jauh aku punya pengalaman yang menyenangkan. Sebuah bagian dari masa kecil yang tak terlupakan. Aku pernah mengalami suatu masa dimana aku, atau tepatnya orang tuaku, tidak perlu mengkhawatirkan biaya tiket pesawat. Orang tuaku hanya mengeluarkan biaya sangat minimal. Bisa disebut aku punya fasilitas terbang gratis.

Cerita ini ditulis untuk tantangan menulis Kelas Literasi Ibu Profesional (KLIP).

Tantangan Menulis KLIP Pekan ke-11 bulan Maret 2021

terbang, tantangan menulis KLIP pekan ke-11 bulan Maret 2022
Apa cerita terbangmu?
Sumber gambar: Facebook group KLIP

Tema yang diberikan oleh mbak Rella adalah terbang. Peserta KLIP boleh menulis apa saja yang terkait tentang tema tersebut. Boleh tentang pengalaman pribadi terbang menggunakan pesawat ke suatu tempat. Menulis tentang burung yang terbang di udara. Kami bahkan diizinkan untuk menulis sebuah mimpi seperti kata-kata berikut yang beberapa waktu lalu sempat booming di Indonesia, yaitu balon udara dan Capadoccia.

Menurut KBBI, terbang memiliki beberapa makna. Salah satu maknanya adalah bergerak atau melayang di udara dengan tenaga sayap (tentang burung dan sebagainya) atau dengan tenaga mesin (tentang pesawat terbang dan sebagainya). Kali ini aku akan bercerita bagaimana dulu saat aku kecil aku bisa menikmati fasilitas yang menyenangkan. Aku bisa bepergian dengan maskapai plat merah Indonesia dengan biaya yang sangat terjangkau.

Fasilitas Terbang dari Kantor

Ibuku dulu bekerja di sebuah perusahaan maskapai penerbangan milik Indonesia. Sebuah perusahaan BUMN yang besar. Dengan status beliau sebagai pegawai tetap waktu itu, beliau mendapat fasilitas terbang menggunakan pesawat selama beberapa kali dalam satu tahun. Fasilitas ini tidak hanya dapat dinikmati oleh beliau. Keluarga inti, orang tua dan mertua juga dapat merasakan kemewahan ini.

Dalam satu tahun kami sekeluarga mendapatkan satu tiket gratis. Sebetulnya tidak gratis sama sekali sih. Biaya tiket pesawat itu biasanya terdiri dari berbagai komponen seperti harga tiket, pajak, pelayanan dll. Ibuku hanya membayar biaya komponen yang biasanya nilai rupiahnya tidak banyak. Intinya jika saat itu dibandingkan dengan tiket pesawat low cost carrier pun biaya yang dibayarkan oleh ibuku masih jauh lebih sedikit.

Fasilitas tiket kantor ini dapat digunakan ke seluruh tujuan penerbangan maskapai tersebut di Indonesia maupun di luar negeri. Misalnya kami ingin pergi ke suatu kota tetapi pesawat tersebut tidak memiliki rute terbang kesana, kami tetap bisa menggunakan fasilitas tiket. Namun kami terbang menggunakan maskapai lain yang memiliki kerja sama dengan perusahaan ibuku.

Sependek pemahamanku fasilitas terbang seperti ini biasanya diperoleh oleh pegawai yang bekerja di perusahaan penerbangan. Tidak hanya perusahaan dalam negeri, maskapai asing pun ada yang memberikan fasilitas seperti ini kepada pegawainya. Bagaimana apakah kamu tertarik untuk pindah kerja ke maskapai penerbangan?

Pengalaman Pertama Naik Pesawat

Masih teringat pertama kalinya pergi bersama kedua orang tuaku naik pesawat. Sayangnya aku lupa saat itu momennya pergi liburan atau lebaran. Intinya kami sekeluarga untuk pertama kalinya pergi ke bandara Soekarno-Hatta. Bagi kedua orang tuaku pengalaman ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya mereka sudah pernah berpergian dengan pesawat. Tapi tidak denganku dan adikku.

Aku cukup tertarik mengamati proses keberangkatan menggunakan pesawat. Bagaimana ayahku mencari troli untuk mengangkut koper kami kemudia menumpuk koper-koper kami. Kemudian kami harus melewati petugas yang memeriksa tiket kami di pintu masuk sebelum pemeriksaan barang. Lalu bagaimana ayah dan ibuku bekerja sama mengangkut koper dan meletakkannya di ban berjalan yang akan membawa koper ke dalam mesin pemindai.

ilustrasi saat michdichuns kecil
Melihat ke arah pesawat parkir, melihat pesawat mendarat…
Sumber gambar: canva.

Setelah itu kami melewati alat pemindai manusia. Wow, itu semua adalah pengalaman yang keren untukku. Setelah itu aku mengikuti kedua orang tuaku mengantri di meja check-in. Ayahku yang kemudian meletakkan koper kami di tempat penimbangan. Kemudian koper tersebut otomatis berjalan di atas ban berjalan untuk selanjutnya diangkut oleh para petugas yang berada di balik tembok, dibawa dan dimasukkan ke dalam lambung pesawat yang kami tumpangi.

Aku masih tetap memperhatikan bagaimana kemudian kami berempat pergi ke anjungan yang merupakan ruang tunggu. Aku ingat sekali, terminal keberangkatan domestik waktu itu ada di terminal 2 dan anjungan untuk pesawat flag carrier Indonesia ini selalu ada di bagian F. Untuk pertama kalinya aku melihat eskalator yang bukan untuk naik ke atas melainkan untuk mempercepat jalan. Aku masih ingat aku melihat ke atas, kiri dan kanan yang semuanya adalah jendela kaca. Dari jendela kaca tersebut aku dapat melihat pesawat – pesawat dan belalai gajah, lorong perantara antara ruang tunggu dan pintu pesawat.

Itulah awal dari petualangan-petualanganku berikutnya dengan maskapai ini.

Terbang Perdana ke Luar Negeri

Fasilitas yang diperoleh ibuku merupakan jalan bagi keluarga kami untuk melihat dunia. Aku masih ingat saat ayah dan ibuku memberi tahu bahwa kami berempat akan pergi ke Jerman saat liburan kenaikan kelas. Tujuan utamanya bukan untuk berlibur. Ayahku waktu itu ada tugas dari kantornya yang berurusan dengan salah satu perusahaan di Jerman. Saat ayahku menjalankan perannya, aku, adik dan ibuku berjalan-jalan sendiri di salah satu kota di negara bagian Hessen. Ketika tugas ayahku selesai kami memperpanjang durasi tinggal untuk mengunjungi keluarga yang tinggal di Belanda dan Belgia.

Jika tidak ada fasilitas terbang tidak mungkin rasanya orang tuaku bisa membiayai perjalanan kami. Harga tiket pesawat yang tidak perlu dibayar tersebut bisa dialokasikan untuk biaya penginapan dan lain-lainnya. Alhamdulillah…

Aku masih ingat rasa excited saat menaiki pesawat di malam hari. Untuk pertama kalinya aku menaiki pesawat berbadan lebar dimana kami berempat bisa duduk berderet. Pesawat yang mayoritas isinya adalah orang asing. Pesawat yang dibagian belakangnya waktu itu masih ada bagian untuk merokok. Aku juga masih ingat jenis makanan yang disajikan di pesawat untuk penerbangan luar negeri berbeda dengan rute domestik. Aku boleh memilih makanan dan rasanya enak.

Meskipun waktu itu aku tidak duduk di dekat jendela, aku tahu bahwa kami terbang konstan malam hari. Kemudian saat menyaksikan cahaya matahari di ufuk yang sangat indah rasanya sungguh sangat berbeda. Meskipun durasi penerbangan tersebut lama, aku senang dan tidak merasa bosan.

Ini adalah penerbangan perdana ke luar negeri yang membekas dan menjadi cikal bakal rasa menagih untuk melakukan penerbangan ke luar negeri lainnya.

Cerita tentang travelling salah satunya adalah saat berkunjung ke Madurodam di Belanda.

Solo Travelling

Berkat jatah tiket tahunan ini di saat aku kuliah hampir setiap tahun aku pergi ke luar negeri. Di setiap liburan musim panas salah satu organisasi mahasiswa kedokteran Asia – Oseania mengadakan konferensi tahunan. Biasanya aku membujuk ibuku agar diizinkan untuk mengikuti konferensi ini. Dari keseluruhan biaya memang biasanya biaya tiket pesawat yang paling mahal. Karena aku menggunakan fasilitas dari ibuku, aku pun bisa mengalokasikan budget ini untuk hal lainnya.

Yang menantang adalah ketika teman-temanku tidak bisa menggunakan pesawat yang sama denganku karena menemukan maskapai lainnya yang lebih murah. Aku pikir saat itu ibuku tidak akan mengizinkanku terbang sendirian. Ternyata ibuku percaya padaku dan untuk pertama kalinya aku terbang ke luar negeri sendirian.

Takut?

Tentu saja! Tapi pengalaman pertama yang menegangkan ini ternyata menjadi candu. Aku menyebutnya candu karena terbang jauh dan melihat belahan dunia lainnya menjadi mimpiku. Bukan hanya aku naik pesawat sendiri ke luar negeri. Aku bahkan berani jalan-jalan bersama temanku di Australia dan jalan sendirian di Hongkong dan Beijing. Trip ini aku lakukan di penghujung batas usia mendapatkan fasilitas terbang.

terbang ke luar negeri adalah petualangan michdichuns yang paling berkesan
Alhamdulillah di rentang usia 20an aku memperoleh rezeki bisa melihat dunia dan mendapat pengalaman disana.
Sumber gambar: Canva.

Kemudahan dan rezeki yang Allah berikan kepada keluarga kami ini ternyata merupakan jalanku untuk bertemu jodohku, suamiku. Siapa yang bisa membayangkan dari sebuah fasilitas terbang ternyata bisa memberikan dampak yang banyak bagi keluarga kami? Bagi sebagian mungkin fasilitas ini dianggap sebagai sebuah kemewahan. Menurut kami ini memang sebuah kemewahan tetapi tidak kami manfaatkannya untuk bermewah-mewah. Kami memanfaatkan fasilitas ini sebagai sarana untuk kepentingan keluarga, pendidikan, silaturahmi dan kebahagiaan bersama.

Adakah teman-teman pembaca michdichuns yang juga memiliki fasilitas yang sama denganku? Bagaimana pengalaman dan rasanya, kawan?

Salam,

-ameliasusilo-

One Comment

Silakan tinggalkan komentar anda disini..

error: Content is protected !!