Kegiatan Keluarga

Family Project: You Make The House, I Make The Home

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..

Bismillahirrohmaanirrohiim..

Setelah bertahun-tahun bermimpi untuk pindah ke apartemen yang lebih besar dan memiliki perabot sendiri, alhamdulillah per bulan Maret lalu kami resmi meninggalkan apartemen lama kami dan pindah ke apartemen yang baru di kota yang sama, Hannover.

Tumpukan kardus siap diangkut.

Sebelumnya aku ingin menuliskan credit untuk pasangan artis Hamish dan Raisa yang mempopulerkan kalimat “You make the house, I make the home“. Ceritanya pada saat rencana pindahan aku melihat sebuah video yang dipos oleh kedua pasangan ini di Instagram. Di video tersebut Raisa dan Hamish menunjukkan rumah baru mereka yang berada di pulau Dewata, Bali. Salah satu narasinya adalah kalimat berbahasa Inggris yang telah kutuliskan di atas. Bila tulisan ini sampai di pasangan Raisa dan Hamish (percaya diri boleh dong hehehe..), saya mohon ijin untuk menggunakan kalimat yang telah dipopulerkan oleh anda berdua ya :).

Kalimat ini cocok dengan keadaan keluarga kami saat itu. Kami sedang bersiap untuk pindah apartemen. Namun sesungguhnya bagi keluarga kami agak sedikiti dimodifikasi makna kalimatnya. Suamiku yang bertugas untuk mencari apartemen sedangkan tugasku adalah mencari inspirasi untuk isi apartemen kami.

Before saying good bye to our old apartment.

Di bawah ini aku ingin bercerita lebih lanjut tentang family project kami, yaitu pindah apartemen.

Mengapa perlu waktu bertahun-tahun untuk pindah?

Beberapa tahun lalu kami adalah pasangan mahasiswa dan mahasiswi yang bersekolah keluar negeri dengan biaya pribadi. Yang dimaksud dengan biaya pribadi adalah sebagian besar biaya selama kami hidup disini ditanggung oleh kami berdua. Ya dari uang tabungan dan juga uang hasil kami bekerja. Setelah suami menyelesaikan pendidikannya kebetulan rejekinya masih cukup untuk tinggal di apartemen yang lama. Selain itu ada prioritas lainnya yang lebih penting dan sangat perlu untuk didahulukan. Alhamdulillah setelah pendidikanku selesai dan yang perihal yang menjadi prioritas kami sudah kami selesaikan (meskipun belum terlaksana) pelan-pelan rejeki kami seperti dibuka dan dimudahkan untuk pindah apartemen.

Memang benar jika ada orang bilang, semua itu akan ada saatnya. Sesungguhnya di apartemen yang lama kami tidak pernah memiliki masalah apapun. Pemilik apartemen sangat baik. Lingkungan apartemen dan tetangga kanan kiri bawah pun baik dan tidak pernah ada masalah. Hanya saja apartemen tersebut saat anakku sudah mulai membesar lama kelamaan semakin terasa sempit. Dari dulu persoalan yang menjadi alasan kuat adalah ukuran apartemen yang tidak terlalu besar dengan perabotan tua yang berukuran besar sehingga menyeabkan ruangnya jadi tamah sempit. Selain itu karena posisinya di atap, menyebabkan banyak ruang yang tidak dapat digunakan dengan maksimal.

Ketika kami siap untuk pindah apartemen, alhamdulillah rejekinya datang. Segala sesuatunya seperti dimudahkan dan lancar. Meskipun pandemi kami bisa melalui proses pindah apartemen dengan baik dan lancar. Alhamdulillah.. Alhamdulillah…

Bagaimana proses mencari apartemen?

Jadi ceritanya sudah sejak lewat dari tengah tahun 2020 lalu aku dan suami mulai pelan-pelan cari apartemen. Sebenarnya yang semangat untuk mencari apartemen melalui website maupun aplikasi adalah suamiku. Tapi waktu itu kami mencari sekedarnya saja tidak terlalu serius mencari. Lagipula jarang dapat yang pas, cocok di kantong dan sreg di hati.

Jika dibilang sulit sesungguh pencarian apartemen ini awalnya menurutku cukup sulit. Jadi kami berdua sepakat untuk pindah apartemen yang lebih besar tetapi lokasinya masih di kecamatan yang sama. Nah, harga apartemen yang lebih besar di kecamatan ini kebetulan luar biasa. Apalagi cita-cita kami adalah pindah ke apartemen dengan minimal luas tertentu yang memiliki tiga kamar tidur dan satu ruang tamu (vier Zimmerwohnung) serta lokasinya paling tinggi lantai satu. Jadinya setiap ada apartemen yang cocok sesuai kriteria tapi harganya tidak ramah di kantong, maka kami berdua hanya bisa melihat foto-fotonya saja.

Seperti yang sudah aku tuliskan sebelumnya saat kami siap segala sesuatunya termasuk proses pencarian apartemen ini seperti dimudahkan. Namun momentum yang paling membuat suamiku dan diriku langsung serius untuk mencari adalah ketika apartemen yang berada satu tingkat di bawah kami free. Apartemen tersebut sesungguhnya menjadi incaran kami berdua meskipun jumlah ruangannya tidak sesuai dengan impian kami. Awalnya aku mengetahui jika ada orang-orang yang berkunjung ke apartemen di bawah. Kunjungan para pencari apartemen. Akupun langsung menghubungi suamiku untuk segera mengontak pemilik apartemen dan menanyakan harga sewanya. Betapa kagetnya kami mengetahui harga sewanya ternyata cukup mahal. Sejak saat itu kami langsung segera bertekad jika ingin serius pindah harus segera mencari dengan serius juga. Semakin lama khawatir harganya semakin melambung.

Pucuk dicinta ulam tiba. Pada suatu hari tetanggaku yang baik hati ke rumah untuk mengantarkan sesuatu. Entah gimana sampailah kami pada pembicaraan aku ingin pindah dan sedang mencari. Tetanggaku yang baik hari tersebut, mbak Manda, pun menyarankanku untuk bertanya kepada tetanggaku yang lainnya, Frita. Menurut mbak Manda di apartemen Frita sedang ada apartemen yang kosong. Penyewa yang lama sedang mencari penyewa yang baru. Hari itu juga aku langsung mengontak Frita. Frita pun membalas dengan mengirimkan foto selebaran yang ditempelkan oleh tetangganya tersebut. MasyaAllah harga sewanya masuk sekali dengan budget kami.

Suamiku langsung mengontak pemilik selabaran. Kami pun janjian untuk berkunjung. Mungkin itu yang namanya jodoh, rejeki sekaligus ujian dari Allah. Apartemen yang kami kunjungi ini jelas tidak memenuhi kriteria impian yang kami inginkan tapi apartemennya hangat dan memiliki proporsi pembagian ruang yang bagus. Penyewanya menjelaskan dengan sangat meyakinkan seperti bagaimana mereka sangat puas dan tidak ada keluhan selama tinggal disitu. Alasan kepindahannya pun karena memang terpaksa pindah urusan keluarga bukan karena faktor eksternal yang tidak mengenakkan.

Singkat cerita aku dan suamipun berdiskusi. Kekurangan dari apartemen adalah tidak sesuai dengan kriteria yang kami tetapkan. Menurutku disinilah ujian dari Allah, bagaimana kami menyikapi rejeki yang hadir namun tidak sesuai dengan ekspektasi kami selama ini. Disisi lain apartemen yang kami kunjungi ini menurutku homey, memiliki pembagian ruang yang cukup proporsional, kami menjadi tetangga Frita yang berarti anakku bisa punya teman bermain yang satu gedung, serta yang paling penting adalah dekat dengan masjid dan halte. Dariku lampu hijau tinggal pak suami yang memutuskan.

Akhirnya beliau memberikan lampu hijau. Apartemen yang kami kunjungi pertama kali itu pun kami lamar. Setelah mengirimkan formulir, prosesnya berlangsung cepat sekali. Seingatku tidak sampai dua minggu kami sudah wawancara dengan pengurus apartemen. Segera setelah berkas-berkas kami lengkapi, telfon yang ditunggu-tunggu dari pengurus apartemen pun datang. Pengajuan kami diterima, kami boleh menyewa apartemen tersebut.

One shot to get our new apartment, alhamdulillah…

Mengapa pindahan menjadi sebuah family project?

Saat kami menseriusi proses pencarian apartemen, aku mulai membuat perencanaan supaya proses pindahan ini dinikmati oleh semua anggota keluarga. Jadi tujuan pindah utamanya adalah agar mendapatkan ruang yang lebih besar dan luas sehingga anakku bisa bermain dan berkreasi, kami orang tuanya pun bisa memiliki ruang yang lebih untuk berkegiatan. Oleh karena pindah ini menyangkut kebutuhan semua anggota keluarga sepertinya menjadikannya sebuah proyek keluarga akan lebih menyenangkan.

Tugas pun dibagi.. Suami sebagai yang mencari dana untuk pindah dan apartemennya. Tugasku adalah yang mencari inspirasi perabotan rumah nantinya dan mengatur rumah. Anakku tugasnya adalah berlatih untuk tidur di kamarnya sendiri dan membantu proses pindahan, khususnya untuk barang-barang miliknya.

Sejauh yang bisa kuevaluasi proyek ini berjalan cukup baik dan saat memindahkan bbarang menjadi kegiatan yang seru.

Foto dulu menjelang penyerahan kunci apartemen lama ke pemilik apartemen.

Bagaimana cerita pindahannya?

Aku hanya bisa bilang bahwa akhirnya aku bisa memahami kenapa orang-orang kapok pindahan. Jelas, pindahan itu capek! Padahal barang yang kami pindahkan itu istilahnya tanpa mebel ya.. Tidak kebayang jika saat pindahan lalu kami harus bongkar mebel, bongkar dapur kemudian di apartemen yang baru membangun kembbali barang-barang yang telah dibongkar tersebut. Walaupun begitu saat pindahan kemarin aku baru menyadari bahwa barang kami yang notabene banyak perintilan kecil maupun besar itu jumlahnya buanyaaak sekali. Cobba tebak berapa jumlah kardus yang kami gunakan? Itu masih ditambah beberapa koper besar dan kecil loh…

Aku dan suami sepakat untuk melakukan proses pemindahan barang beberapa kali. Alasannya adalah menjaga protokol kesehatan dan juga badanku tak sanggup untuk melakukan packing barang dalam waktu cepat. Alhamdulillah suami memahami.

Hampir setiap akhir pekan selama hampir dua bulan kami memindahkan barang. Ada yang kami bawa sendiri bertiga dengan membawa barang seadanya dengan menggunakan transportasi publik. Ada juga yang meminta tolong bapak-bapak dan mas-mas mahasiswa dengan menggunakan mobil pribadi mereka. Kami berusaha menjaga tidak terlalu banyak orang yang terlibat supaya protokol kesehatan tetap terjaga. Oh iya proses pindahan dengan gotong royong para tetangga ini sudah biasa dilakukan diantara kami yang sudah cukup dekat seperti keluarga besar.

Apakah betah tinggal di apartemen baru?

Alhamdulillah sudah mulai betah dan kerasan tinggal di apartemen baru. Segala sesuatunya pas dan cukup untuk kami bertiga. Kardus-kardus yang berada di dalam apartemen sudah mulai berkurang jumlahnya. Kami juga pelan-pelan mengisi mebel yang memang dibutuhkan. Suasana di dalam gedung apartemen kondusif. Suasana di luar gedung meskipun berbeda dengan lingkungan apartemen yang lama (kami lebih suka lingkungan yang lama) juga relatif sama, tidak ramai.

Mohon doanya kawan semoga berkah.. semoga menjadi rumah yang hangat, nyaman untuk ditinggali dan beribadah di dalamnya. Aaamiiinnn…

Salam,

-ameliasusilo-

Silakan tinggalkan komentar anda disini..