
Bunsay #5: Aliran Rasa
Assalamualaikum warohmatulllahi wabarokatuh..
Bismillahirrohmaanirrohiim..

Level ini mengajak siswa kelas BunSay untuk mulai giat membaca. Salah satu cara untuk menstimulasi anak suka membaca adalah dengan melihat orang tuanya membaca buku. Khususnya bagi anak-anak yang masih kecil, ketika dia melihat, dia akan menyerap, kemudian akan mencontoh melakukan apa yang orang tuanya lakukan.
Selain memberikan contoh, siswa juga boleh sambil mengobservasi keterampilan mendengar dan berbicara anak. Kedua keterampilan ini adalah bagian dari tahapan keterampilan yang sebaiknya dikuasai anak dengan baik sebelum menguasai keterampilan membaca.
Ada apa di level 5 kelas Bunda Sayang bisa dibaca di postingan: Bunsay #5.
Sebagaimana level-level kelas Bunda Sayang sebelumnya, tantangan yang dilakukan di level ini pun menarik. Kami diminta membuat pohon literasi. Di pohon literasi ini nanti judul bacaan ditulis di daun. Semakin banyak membaca, maka akan semakin banyak pulau dedaunan yang ada pada pohon literasi.
Seperti apa bentuk fisik pohon literasi diserahkan kepada siswa. Siswa bebas berkreasi. Pohon literasi boleh dalam bentuk digital, boleh dalam bentuk tempelan di dinding atau wujud lainnya. Aku memilih untuk ber-DIY.
Dalam rangka ber-DIY membuat pohon literasi, pada suatu hari aku mengajak anakku pergi ke hutan. Kami bersama-sama mencari ranting-ranting tua yang sudah ada di atas tanah. Kami memilih ranting yang kondisinya masih bagus. Anakku sebenarnya tidak terlalu excited. Awalnya agak geli karena kami harus meminggirkan daun-daun kering yang tampak kotor dan basah. Setelah kucontohkan, akhirnya dia ikut serta mencari.


Pohon Literasi ala michdichuns
Alat dan bahan:
Vas => sudah ada di rumah, dulu beli di lapak barang bekas di Messe.
Isian gabus hijau untuk tempat ranting => sudah ada di rumah, dulu beli di Tedi.
Ranting => mencari di hutan Eilenriede.
Bebatuan untuk menutupi gabus => sudah ada di rumah, dulu beli di Tedi.
Kertas warna hijau, kuning dan oranye => sudah ada di rumah, dulu beli online.
Gunting => sudah ada di rumah, dulu beli di Tedi.
Lem tembak => sudah ada di rumah, dulu beli di Tedi.
Pola gambar daun => mencari yang bebas diunduh dari suatu website.
Cara:
- Gabus hijau di masukkan ke vas.
- Ranting ditusukkan ke gabus hijau.
- Tutupi gabus dengan bebatuan.
- Print pola gambar daun langsung di kertas berwarna atau bisa tidak ada pola gambar daun menggambar pola daun di kertas berwarna tadi.
- Gunting gambar-gambar daun.
- Bila telah selesai membaca, tulis judul buku di atas daun.
- Tempel daun ke ranting dengan menggunakan lem tembak.

Dengan adanya level ini jadi menggiatkan kami untuk membaca buku. Ide membaca buku bersama menjadi salah satu solusi karena anakku masih belum mampu membaca. Anakku memang belum bisa membaca tapi setidaknya dia sudah mulai mengambil buku dan membolak-balik lembarannya. Kebiasaan baik yang berlanjut sampai dengan sekarang.
Untuk si emak, sampai sekarang rutin untuk membaca masih menjadi kendala. Yang ada kalau baca buku sebelum tidur malah ketiduran. Sepertinya perlu ada sesi khusus untuk membaca bersama.
Oh iya untuk observasi mendengar dan berbicara dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan membacakan buku. Biasanya aku membacakan buku dimulai dari bagian sampulnya terlebih dahulu. Lalu aku tanyakan apa judul bukunya dan apa yang ia lihat di sampul buku tersebut. Pada saat aku membacakan cerita, aku juga suka bertanya tentang apa yang sudah aku ceritakan. Kadang bila kami membaca buku yang sudah pernah kami baca sebelumnya, aku meminta anakku untuk bercerita dan aku mendengarkan.
Selain itu ternyata membaca buku ini bisa disesuaikan dengan gaya belajar anak. Bila kita masih mengobservasi gaya anak, kita dapat mengajak anak membaca buku dengan cara yang berbeda-beda. Dari salah satu referensi yang aku baca di Ibupedia, misalnya untuk anak visual beli buku yang banyak gambarnya, untuk anak auditorik meminjam audiobook, atau untuk anak kinestetik dengan bermain peran yang ada di buku.
Mengulas gaya belajar anak di kelas BunSay level 4 dapat dibaca disini: Bunsay #4.
Tampilan akhir pohon literasi kami kurang lebih seperti gambar dibawah ini. Masih belum rimbun karena masih kurang banyak membaca. Masih ada pula daun yang belum ditempel di ranting. Aku sengaja memilih tiga warna berbeda untuk membedakan berapa banyak buku dari masing-masing anggota keluarga yang sudah dibaca. Daun yang warnanya hijau segar milik anak bocah. Daun warna kuning milik emaknya. Daun satu lagi yang berwarna oranye adalah milik ayah, tetapi seperti yang tampak di bawah belum ada daunnya. Semoga cepat lambat bisa muncul daun berwarna oranyenya.

Beberapa waktu terakhir ini aku bersama anakku membuat podcast baca buku dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jerman. Sampai saat ini kami sudah mempublikasi satu podcast buku berbahasa Jerman dan sudah merekam beberapa bacaan dalam bahasa Jerman juga. Secepatnya deh membuat podcast dalam bahasa Indonesia, insyaAllah.
Jangan lupa tapi ya rajin membaca buku juga diikuti oleh habit baik lainnya, yaitu membaca Al Quran bagi umat muslim. Jangan sampai bisa banyak membaca buku tetapi buku yang paling utama dilupakan. Ini juga menjadi pengingat bagiku juga, insyaAllah.
Semoga cerita berbagi kali ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.
-ameliasusilo-