Bunsay #1: Komunikasi Produktif
Assalamualaikum..
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Menrut KBBI, komunikasi berarti pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan produktif berarti mendatangkan hasil atau manfaat.
Komunikasi akan menjadi produktif bila pesan yang dikirimkan oleh pengirim pesan dapat diterima dan dipahami oleh penerima pesan dan ada hasil dari komunikasi tersebut. Oleh karena itu, dalam lingkungan keluarga inti tentunya komunikasi produktif menjadi kunci keberhasilan hubungan antara suami-istri, orang tua-anak, dan kakak-adik. Komunikasi yang produktif akan memudahkan keluarga mencapai visi keluarga.
Communication to a relationship is like oxygen to life. Without it.. It dies.
Tony Gaskins
Komunikasi produktif akan mentransfer energi positif sehingga apabila berupa perintah maka penerima pesan akan melakukan perilaku maupun tindakan yang sesuai. Pada komunikasi yang produktif juga akan terjadi transfer perasaan sehingga pemberi pesan sebaiknya mampu mengendalikan diri agar dapat menyampaikan pesan secara bersungguh-sungguh.
Di dalam keluarga sering kali terjadi salah paham sampai dengan pertengkaran akibat komunikasi yang macet. Kesalahpahaman ini muncul sering kali bukan karena isi pesan komunikasi namun akibat cara berkomunikasi yang kurang tepat.
Lalu, bagaimana strateginya?
Pertama, dimulai dari interospeksi diri sendiri. Apakah sudah memilih kata-kata yang tepat? Ketika otak berpikir positif dan hati positif, maka yang keluar dari mulut tentunya juga kata-kata positif. Hal ini disebabkan kosakata yang keluar merupakan hasil dari struktur dan cara berpikir manusia. Lalu, ubah kata-kata negatif menjadi kata-kata yang mendorong semangat. Misalnya, msalah => tantangan, kekurangan => keunikan. Sebab kata memiliki energi yang otomatis dapat merubah mood dan sikap. Intinya, tetap berpikir positif.
Kedua, ketika berkomunikasi dengan pasangan atau orang dewasa lainnya sadari bahwa pemberi dan penerima pesan adalah dua individu yang berbeda. Khusus untuk pasangan suami-istri bagaimanapun juga latar belakang dan pengalaman yang berbeda akan mempengaruhi kebiasaan, cara pandang, keyakinan, pola berpikir, emosi, dan sikap mental. Komunikasi akan bermasalah jika terjadi pemaksaan pendapat, sudut pandang, dan keharusan untuk menyingkirkan pendapat serta sudut pandang yang lain. Manusia memiliki nalar dan emosi. Komunikasi antara orang dewasa akan berjalan dengan baik jika mendahulukan nalar.
Berhubung konteksnya keluarga, maka ada beberapa cara untuk membantu terjadinya komunikasi yang baik antara pasangan suami-istri:
- Susun dengan kalimat yang jelas, singkat, dan bahasa yang baik. Beri kesempatan untuk bertanya bila ada bagian yang tidak dipahami dari kalimat yang disebutkan.
- Pilih waktu dan suasana yang tepat dan nyaman. Bila perlu sediakan forum khusus.
- Jaga intonasi suara dan gunakan bahasa tubuh yang tepat.
- Tatap mata pasangan dengan lembut.
- Memastikan bahwa pasangan memahami pesan. Bila tidak paham maka gunakan cara maupun pemilihan kalimat lainnya.
Ketiga, belajar komunikasi yang produktif dan efektif dengan anak. Anak-anak adalah peniru ulung. Oleh karena itu, gaya komunikasi anak-anak kemungkinan besar adalah cerminan gaya komunikasi orang tuanya. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara lain:
Beberapa tips lain yang saya dapatkan dari buku Bunda Sayang antara lain memperbaiki hubungan dengan anak, menggunakan kalimat positif, menerima perasaan anak tanpa menilai dan mengkritik, melakukan kontak mata dengan anak, menurunkan badan sehingga mata sejajar dengan mata anak, dan sering memberikan kejutan untuk anak.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orang tua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Tim Bunda Sayang Institut Ibu Profesional
Teori lain yang kudapatkan dari buku How to Talk so Kids Will Listen & Listen so Kids Will Talk dan bisa kutambahkan disini antara lain dengarkan ketika anak berbicara dengan penuh perhatian dan menjelaskan permasalahan bukan interogasi maupun menghakimi.
Dalam Islam disebutkan di salah satu haditsnya:
Dari Abu Hurairah, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “Tutur kata yang baik adalah sedekah.” (HR. Ahmad).
Satu hal lagi yang dituntut adalah kesabaran dan konsistensi dalam melakukan perubahan. Baik pasangan maupun anak tentunya tidak selalu bisa otomatis melakukan perubahan. Oleh karena itu kesabaran diperlukan dan konsistensi perlu dipertahankan. Bila perlu berikan contoh langsung tidak melulu hanya dengan kata-kata.
Semoga materi yang kutulis disini dapat bermanfaat bagi teman-teman semua yang membacanya ya. 🙂
-ameliasusilo-
Referensi:
- Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. KBBI Daring. 2016.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/produktif - Komunitas Institut Ibu Profesional. Bunda Sayang: 12 Ilmu Dasar Mendidik Anak. 2013. Jakarta: Gazzamedia.
- Faber A, Mazlish E. How to Talk so Kids Will Listen and Listen so Kids Will Talk. 2012. New York: Scribner.
One Comment
Pingback: