Bunsay #9: Think Creative
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh..
Bismillahirrohmaanirrohiim..
Sesuai dengan judul level ke-9 ini, think creative, para mahasiswi diminta untuk kreatif. Baik itu berpikir kreatif maupun menghasilkan sebuah karya yang kreatif untuk dirinya sendiri maupun kreativitas bersama anak. Mahasiswi juga diharapkan dapat melakukan observasi kreativitas anak dan menjaga agar anak-anak dapat tumbuh dengan kemampuan berpikir kreatif.
Berbicara tentang kreatif berarti kita membahas makna yang luas. Kreatif ini tentunya memiliki standar yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Namun untukku pribadi, aku merasa cukup kreatif jika aku menghasilkan buah pikiran maupun karya yang berbeda dari yang sudah pernah kuhasilkan sebelumnya.
Sebelum membahas lebih lanjut dengan materi yang kudapatkan di level ini, aku ingin memulai dengan arti kata think creative atau dalam bahasa Indonesianya berpikir kreatif. Menurut KBBI berpikir dan kreatif adalah..
Berpikir adalah menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan.
Sumber: kbbi.web.id
Kreatif adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta.
Sumber: kbbi.web.id
Dari definisi diatas, aku menyimpulkan bahwa berpikir kreatif berarti kemampuan seseorang menggunakan akalnya untuk menciptakan sebuah karya yang bersifat unik, baru dan original. Menarik ya?
Anak dilahirkan kreatif
Materi di level 9 disampaikan berbeda dengan level-level sebelumnya. Di awal materi kami diingatkan kembali bahwa setiap anak itu dilahirkan kreatif. Bagaimana cara mengetahuinya?
Bila kita memperhatikan anak-anak, mereka sering kali mempertanyakan apa saja yang ada di sekitar mereka. Kadangpun mereka bertanya hal-hal yang tidak ada disekitar mereka. Bertanya ini merupakan tanda bahwa mereka memiliki rasa ingin tahu. Anak-anak sedang menggunakan akalnya untuk berpikir.
Kemudian sering kali terjadi anak-anak tetap melakukan hal-hal yang sebelumnya sudah diberi tahu untuk tidak dilakukan atau tidak diperbolehkan. Hal ini menandakan rasa ingin tahu dan juga eksplorasi. Mengapa tidak boleh dan apakah benar hal yang dikatakan akan benar-benar terjadi. Anak mencari tahu dan ingin membuktikan sesuatu.
Berikutnya adalah tidak takut untuk salah. Biasanya orang tuanya lah yang tidak membolehkan anak untuk melakukan kesalahan. Sudah dicegah dulu di awal agar tidak salah. Padahal secara alamiah, anak cenderung untuk mencoba, belajar dan melakukan sesuatu tanpa berpikir salah benarnya. Mereka semangat untuk mencoba dan melakukan sesuatu karena keingintahuannya dan menciptakan sesuatu dari hasil pikirnya.
Berdasarkan ketiga hal diatas, saat aku mendapatkan materi aku langsung otomatis merefleksikan kepada diriku sendiri apa yang sejauh ini sudah kulakukan ketika anakku berbuat sesuatu. Apakah yang aku lakukan, meskipun tujuannya untuk melindungi dan menjaganya, ternyata justru mematikan kreativitasnya. Semoga saja tidak ya..
Langkah sebagai orang tua
Apabila kita ingin anak berpikir kreatif, maka sebaiknya orang tuanya pun mulai mencoba berpikir kreatif. Kemudian yang paling penting adalah memberikan dukungan kepada anak ketika ia sudah mulai menunjukkan kreativitasnya. Dalam hal memberikan dukungan ini, mungkin kita sebagai orang tua sudah menyiapkan diri untuk merubah sudut pandang. Juga mempersiapkan diri untuk capek dan lelah. Contohnya, ketika anak bereksplorasi dengan kardus maupun bekas gulungan tisu di ruang tamu menyebabkan ruang tamu berantakan padahal ruangan tersebut baru kita bersihkan di pagi harinya, maka ubah sudut pandang kita dari kesal karena harus membersihkan ruang tamu lagi dan menggerutu menjadi mendukung kegiatan anak dan ikut membersamai dia.
Oleh karena itu orang tua juga sebaiknya berpikir positif kepada anak. Berdasarkan contoh diatas, daripada sibuk berpikir anak membuat kotor ruang tamu, harus membereskan ruang tamu lagi, maka coba untuk berpikir bahwa anak sedang melakukan kreativitas, sedang memiliki ide untuk membuat permainan baru hasil karyanya sendiri.
Berikutnya adalah berhenti membandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Apa yang dihasilkan oleh anak saat ini adalah keberhasilan berpikirnya saat ini. Proses belajar dan kreativitasnya saat ini yang tidak dapat dibandingkan dengan anak lainnya.
Aku pernah menuliskan juga tentang membandingkan anak yang satu dengan anak yang lainnya di cerita: Bunsay #7
Satu hal lagi yang menurutku penting adalah cepat tanggap, contohnya jika ide kreatif yang muncul ternyata membahayakan diri anak ataupun merugikan orang lain sebaiknya langsung melakukan tindakan saat itu dengan cara yang baik.
Tahapan kreativitas
Ternyata kreativitas ini ada tahapannya. Berikut ini adalah tahapan yang kuperoleh dari Camilan Rabu di level 9 yang disiapkan oleh tim dapur Bunda Sayang Institut Ibu Profesional:
- Exploring: mengidentifikasi hal yang ingin dilakukan
- Inventing: melihat berbagai alat teknik dan metode yang dimiliki, yang dapat membantu menghilangkan cara berpikir yang tradisional
- Cheasing: memilih dan mengidentifikasi ide yang mungkin bisa dilakukan
- Implementing: membuat ide yang dimiliki dapat diimplementasikan
Menjalani tantangan level 9
Anak dilahirkan kreatif, orang tuanyalah yang harus memantaskan diri agar layak mendapatkan anak yang kreatif.
Institut Ibu Profesional
Di level ini aku lebih banyak mengobservasi anakku. Mengikuti apa yang diinginkan dan membantunya mewujudkan ide-idenya. Menurutku akan menjadi sesuatu yang menarik dan original.
Apa saja hasilnya bisa dibaca pada tulisan berikutnya mengenai aliran rasa di level 9.
Salam,
-ameliasusilo-
Referensi:
- Intitut Ibu Profesional. 2019. Materi Bunda Sayang Level 9
- Institut Ibu Profesional. 2019. Camilan Rabu Relevansi Kreativitas dengan Proses KEcerdasan Manusia