Bunda Cekatan,  Ibu Profesional

Bunda Cekatan: Tahap Kupu-kupu Mentorship Pekan ke-2

Pekan kedua mentorship ini sungguh menantang untukku. Baik sebagai mentee maupun sebagai mentor. Ada beberapa hal yang perlu dibicarakan bersama dengan mentor maupun mentee. Beberapa hal yang perlu dibahas ini sudah disiapkan panduannya oleh peri-peri Hutan Kupu-kupu untuk membantu proses belajar dengan metode mentorship di tahap akhir kelas Bunda Cekatan. Aku mulai dengan cerita sebagai seorang mentee di pekan ini.

Sumber gambar: Canva yang telah dimodifikasi oleh penulis.

Ketika Aku Menjadi Mentee

Sampai dengan mendekati waktu ngobrol bareng dengan mentor aku masih belum bisa menjawab beberapa pertanyaan yang menjadi panduan untuk ngobrol bareng ini. Jujur saja aku sebenarnya masih mengambang dan masih belum membuat perencanaan seperti biasanya yang aku lakukan di tahap-tahap sebelumnya. Sampai akhirnya aku menemukan apa yang ingin kuraih di akhir tahap Kupu-kupu kelas Bunda Cekatan.

Cerita tahap Kupu-kupu pekan pertama dapat dibaca di tulisan Jurnal Mentorship Pekan Pertama.

Saat menjalani tahap Kupu-kupu ini aku menyadari bahwa tantangan utamaku sebagai seorang istri, ibu dan pegawai adalah manajemen waktu. Lagi-lagi situasi dan kondisi saat ini yang berbeda dari awal tahun lalu menyebabkan manajemen waktu yang sudah kumiliki harus berubah dan berganti lagi. Saat manajemen waktuku baik, alhamdulillah rasanya menjalankan kegiatan sehari-hari nyaman dan enak sekali. Aku menyadari bahwa aku harus melakukan perubahan saat masuk bulan Ramadan lalu. Waktuku rasanya berantakan. Ada sesuatu yang aneh saat hari sudah gelap. Aku juga sering merasa energiku cepat habis.

Sebetulnya yang membuat energiku habis adalah karena akhir-akhir ini ada banyak agenda di peran publik. Agenda yang memiliki tenggat waktu yang singkat. Namun karena aku ingin mengerjakan dengan hati-hati dan sempurna membuatku selalu sampai di batas tenggat waktu yang diberikan. Belum lagi jika ada rapat penting yang diadakan di jam di luar waktu kerja. Aku jadi fleksibel mengatur antara domestik dan publik. Hal yang sebetulnya di manajemen waktu tidak bisa terus menerus dilakukan karena akan mempengaruhi banyak hal. Energiku jadi sering kali sudah habis. Padahal matahari masih bersinar terang di luar sana sehingga untuk bisa beristirahat dengan enak pun juga jadi tidak bisa maksimal. Manajemen waktu yang sudah ada terasa tidak bisa digunakan lagi.

Berkali-kali mengganti manajemen waktu bagiku tantangannya adalah adaptasi. Oleh karena itu selama enam pekan kedepan aku ingin sekali mencari ramuan manajemen waktu yang kalau bisa tidak perlu berubah-ubah lagi. Kalaupun harus berubah, paling tidak tidak perlu merombak semuanya. Apakah hal ini realistis? Menurutku iya. Mentorku, mbak Latifah, adalah seorang guru yang memiliki anak-anak yang masih balita. Lebih keren lagi kan beliau? Aku yakin akan bisa menyerap ilmu dan energi beliau dan bisa mengadaptasi menjadi sesuatu yang aku banget versi baru. Menggabungkan sesuatu dari mentor dengan teori-teori serta pengalamanku sebelumnya menjadi manajemen waktu ala diriku yang pas dan membuat bahagia.

Bila ditanya bagaimana aku menilai tingkat keahlian, jawabannya adalah belum ada. Setelah bertemu online dengan mentor sebetulnya mulai muncul beberapa ide, diantaranya adalah mengaktifkan kembali Bullet Journal yang sejak pindah rumah sudah tidak kuisi lagi. Dengan BuJo ini aku berharap manajemen waktuku enam pekan ke depan bisa tervisualisasikan kemajuannya.

Diatas aku menulis ada pertemuan online dengan mentorku. Jadi pekan ini kami diwajibkan untuk bertemu daring. Sebetulnya sebelum diminta pun aku sudah sepakat dengan mbak Latifah untuk melakukan temu online ini. Alhamdulillah bisa terlaksana dengan lancar. Kami bisa bicara sekitar 15-20 menit dan aku mencatat beberapa hal dari yang beliau ceritakan kepadaku.

Ketika Aku Menjadi Mentor

Sayang sekali pekan ini belum rejeki bertemu daring dengan mentee. Aku sudah menanyakan ada waktu hari Sabtu dan Minggu, namun beliau belum memberikan respon. Semoga beliau baik-baik saja dan dalam kondisi yang sehat.

Mengenai tujuan akhir beliau di mentorship ini beliau sudah menceritakannya kepadaku. Beliau juga sudah mengetahui tantangan terbesar yang beliau hadapi. Semoga aku dapat membantu beliau mencapai targetnya dan juga membersamai menuntaskan tantangan besar tersebut. Aaamiiinn…

Salam,

-ameliasusilo-

Silakan tinggalkan komentar anda disini..

error: Content is protected !!