Berlin: Mengunjungi Tembok Paling Terkenal
Tembok Berlin terkenal karena sejarahnya membagi kota Berlin menjadi wilayah barat dan timur dibawah dua pemerintahan Jerman yang berbeda. Walau saat ini tembok tersebut secara resmi sudah dirubuhkan, kita masih bisa mengunjungi sebagian dari tembok tersebut di salah satu wilayah di kota Berlin.
Hai teman pembaca Michdichuns!
Salah satu landmark dari kota Berlin adalah tembok Berlin. Jika sudah pernah mendapat pelajaran sejarah di sekolah tentang dunia pasca perang dunia kedua, kemungkinan besar tahu mengenai adanya tembok Berlin.
Mengingat sejarahnya, menurutku turis yang mengunjungi kota Berlin belum sah kunjungannya jika belum datang ke lokasi tembok Berlin. Dengan melihat tembok ini setidaknya kita dapat membayangkan bagaimana situasi saat tembok ini masih berdiri tegak dan dapat memahami sejarah.
Pertanyaannya adalah di lokasi tembol Berlin ini apakah temboknya masih utuh atau kita hanya melihat bekas jejak temboknya saja?
Apakah tembok Berlin masih ada?
Kenapa Tembok Berlin Dibangun?
Pembangunan tembok ini bermula dari berakhirnya perang dunia kedua dimana Jerman mengalami kekalahan kemudian wilayahnya dibagi menjadi empat zona yang dikontrol oleh empat negara berbeda. Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Uni Soviet kala itu mengontrol keempat zona tersebut. Ibukota Jerman, Berlin, yang menjadi pusat Allied Control Council saat itu berada di wilayah yang dikontrol oleh Uni Soviet.
Beberapa tahun setelah perang dunia berakhir terjadi perpecahan politik antara negara sekutu. Saat itu Uni Soviet tidak sepakat dengan negara sekutu lainnya, termasuk diantaranya mengenai rencana rekonstruksi Jerman yang hancur akibat perang.
Buntut dari perpecahan ini adalah terbentuknya dua buah negara Jerman. Jerman barat saat itu disebut sebagai Republik Federal Jerman sedangkan Jerman timur disebut dengan Republik Demokrasi Jerman. Jerman barat yang didukung oleh Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan sekutunya lebih cepat tumbuh dan berkembang. Standar kehidupan pasca perang di wilayah ini lebih cepat meningkat.
Berlin yang juga terbagi menjadi empat wilayah pada akhirnya juga terbagi menjadi dua. Akibatnya di dalam kota Berlin sendiri nampak perbedaan antara Berlin yang dikuasai oleh Jerman barat dan Jerman timur. Melihat potensi kehidupan zona barat yang lebih menjanjikan akhirnya banyak penduduk Berlin timur yang berpindah ke zona barat.
Bukan hanya penduduk Berlin yang berpindah. Menurut Wikipedia warga negara lainnya yang berada di wilayah kendali Uni Soviet saat itu juga pada akhirnya memanfaatkan Berlin untuk berpindah ke wilayah barat. Akibatnya wilayah timur mulai kehilangan tenaga kerja beserta tenaga ahli yang dibutuhkan untuk pemulihan dan pembangunan pasca perang dunia kedua.
Pada bulan Agustus 1961 akhirnya perbatasan antara Berlin timur dan barat ditutup. Setelah itu mulailah dipasang kawat berduri sebelum akhirnya pembangunan tembok dimulai.
Mengunjungi Tembok Berlin
Tembok Berlin sudah runtuh pada tahun 1989. Seluruh penduduk Berlin dan Jerman menyambut bersatunya Jerman penuh gembira. Sampai saat ini setiap tanggal 3 Oktober diperingati sebagai hari bersatunya Jerman.
Saat perbatasan antara Berlin barat dan timur dibuka banyak penduduk yang membongkar tembok sebagai luapan rasa gembira runtuhnya tembok yang juga mengakibatkan keluarga dan kerabat terpisah selama puluhan tahun. Tembok juga secara resmi dirubuhkan oleh pemerintah.
Walaupun begitu di beberapa lokasi di Berlin, tembok masih dipertahankan sebagai peringatan sejarah dan media pembelajaran. Ada lokasi tembok yang dijadikan bagian dari museum. Di lokasi lainnya terdapat pula tembok yang dapat kita pegang dengan bebas tanpa penghalang.
Jika ingin melihat tembok Berlin sambil mengetahui sejarahnya dapat pergi ke museum Tembok Berlin yang ada di Bernauerstrasse. Adapun tembok Berlin yang dapat dilihat dan dipegang dengan bebas dapat kita temui di East Side Gallery yang berada di seberang Berlin Ostbahnhof. Alternatif lokasi lainnya yang lebih dekat dengan pusat kota adalah di Postdamer Platz.
Salam,
-ameliasusilo-
One Comment
Pingback: