Aliran Rasa PerSik Mindfulness Journey
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.. Bismillahirrohmaanirrohiim.. Aku termasuk salah satu peserta yang beruntung dapat mengikuti program PerSik yang diinisiasi oleh Institut Ibu Profesional. Apalagi tema belajar yang diangkat di kelas perdana ini adalah tentang mindfulness. Sebuah tema yang memang selalu kubutuhkan untuk tetap menjaga kesehatan mentalku. Kebetulan pengetahuanku tentang berkesadaran memang perlu untuk di-refresh. Alhamdulillah aku mendapat kesempatan untuk belajar dan berlatih mindfulness dari narasumber yang tepat.
PerSik
Aku masih ingat saat itu, awal bulan Maret, sedang melihat feed akun Instagramku. Tiba-tiba muncul feed dari akun Instagram Institut Ibu Profesional yang memberikan informasi tentang PerSik. Dari gambar yang kulihat tadi aku jadi mengetahui terdapat sebuah program baru di komponen Institut di kepengurusan yang baru ini.
Perkuliahan singkat adalah akronim dari PerSik. Sama seperti program belajar lainnya di Institut, PerSik ini juga perkuliahan. Bedanya adalah durasi perkuliahan. Tidak seperti kelas Bun yang durasinya bisa enam bulan dan bahkan lebih, sesuai namanya program ini hadir dengan durasi perkuliahan yang lebih pendek.
Aku menuliskan jurnal kelas Bunda Cekatan yang berlangsung lebih dari enam bulan di blog ini.
Jika tema yang diusung bukan mindfulness, mungkin aku tidak akan se-fomo itu. Bolak-balik aku melihat pengumuman PerSik di Instagram. Galau ikut atau tidak. Galau tidak ingin ketinggalan karena narasumbernya memiliki experience dibidang mindfulness dan pengelolaan emosi. Lebih galau lagi karena jika mau gratisan, harus cepat mendaftar supaya bisa masuk kuota yang ditetapkan.
Pada akhirnya aku memutuskan untuk mendaftar kelas ini. Jika beruntung aku bisa ikut kelas tanpa bayar. Jika ternyata kuota gratisnya habis ya juga tidak apa-apa. Yang penting aku bisa ikut kelas perdana ini. Aku optimis bahwa walaupun perkuliahan ini baru pertama kali diadakan, kelasnya akan keren dan membawa manfaat.
Strong Why
Kelas ini hadir pada momentum tepat, yaitu ketika aku berada di trimester ketiga kehamilanku. Saat aku sedang galau akan memiliki peran baru sebagai mom of two. Ibu beranak dua yang rentang usianya terpaut jauh. Selain itu di saat yang bersamaan aku juga memiliki kecemasan lainnya yang berkaitan dengan suatu hal yang akan muncul dalam waktu dekat. Semuanya bertumpuk jadi satu dan datang di waktu yang bersamaan.
Perkuliahan ini diadakan saat bulan Ramadan. Walau aku tidak berpuasa karena sedang hamil besar, suasana Ramadan tetap memberikan nuansa berbeda yang menurutku akan berpengaruh terhadap latihan mindfulness selama perkuliahan berlangsung nanti.
Karena itu akhirnya aku memberanikan diri untuk mendaftar PerSik. Aku ingin menjalani peran baruku dengan penuh kesadaran, seutuhnya dan bahagia. Aku berharap ilmu yang kudapatkan di perkuliahan nanti dapat menjadi solusi dari kegalauan dan kecemasanku.
Masa Perkuliahan
Pearl adalah sebutan untuk peserta PerSik Mindfulness Journey. Kami dikumpulkan di WAG yang sangat aktif. Jika biasanya WAG aktif penuh dengan hal-hal yang lebih baik di-skip saja, WAG yang ini berbeda. Hampir setiap hari aktif dengan pertanyaan-pertanyaan kepada narasumber yang jawabannya bisa menjadi catatan bagi seluruh peserta.
Yang bertanya mendapat jawaban dan puas. Yang menyimak mendapat insight baru yang bermanfaat bagi dirinya, atau mungkin tepatnya bagi diriku sendiri.
Materi disampaikan melalui media Zoom. Diskusi tidak hanya terjadi di WAG tetapi juga segera setelah pemberian materi. Tiga orang narasumber yang dihadirkan, masyaAllah sungguh keren dan memang pakarnya serta memiliki pengalaman sesuai temanya masing-masing. Materi satu sampai tiga memang berdiri sendiri, namun ketiganya menurutku saling berkaitan.
Perkuliahan di Institut punya tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswinya. PerSik pun sama. Kami diminta untuk menuliskan perjalanan latihan kami setelah menerima materi selama lima hari. Tugas pun dikumpulkan sesuai tenggat waktu yang telah ditentukan.
Pasca PerSik
Selain materi dan tugas yang diberikan oleh narasumber, sebenarnya percakapan yang terjadi di WAG membawa manfaat bagi diriku. Pertanyaan yang mayoritas merupakan curahan hati, ungkapan uneg-uneg peserta untuk mencari solusi dari problematika yang dihadapi membuka wawasanku. Disisi lain aku juga jadi belajar lagi untuk bersyukur. Tidak hanya itu aku jadi merasa tidak sendirian karena banyak ibu-ibu, wanita lainnya di belahan dunia lain yang memiliki permasalahan yang mirip.
Dampak berlatih selama perkuliahan singkat ternyata membiasakan diriku untuk berpikir. Memang harus diakui masih belum sempurna dan tidak otomatis untuk berhenti, mengambil jeda, bernapas, berpikir baru bereaksi. Aku masih sering otomatis bereaksi jika terstimulasi sesuatu di rumah. Paling tidak aku bisa bangga pada diri sendiri karena ada perubahan.
Poin yang masih menjadi PR adalah bab memaafkan masa lalu. Luka yang terlajur mengering dan meninggalkan bekas masih belum bisa pulih dan hilang benar. Paling tidak aku mau berusaha walau masih harus melawan bisikan-bisikan yang menghalangi usaha ini.
Acceptance dan optimis adalah hal lain yang masih perlu dilatih. Setelah melahirkan aku merasa kemampuan menerima, pasrah dan optimisku jauh lebih baik daripada saat melahirkan anak pertama lalu. Aku mampu menerima keterbatasan saat ini karena kondisi tubuh yang perlahan-lahan pulih dan saat bersamaan optimis akan kembali normal lagi jika sudah tiba waktunya.
Ternyata menjadi mom of two memang punya tantangan lain. Sejauh ini yang kucemaskan difase awal peran baru, pasca melahirkan, tidak terjadi. Aku bahagia dengan peran baru ini, alhamdulillah. Perjalanan belajar di perkuliahan singkat mempengaruhi caraku menjalani peran baru ini. Semoga bisa baik terus, semoga bisa lebih baik sehingga aku bisa bertumbuh menjadi lebih baik lagi.
Ps. Semoga PerSik membuka kelas baru lagi dengan tema menarik yang aplikatif dan sesuai kebutuhanku.
Salam,
-ameliasusilo-